Pantik Emosi dalam Menulis
Kesulitan terbesar dalam pembelajaran menulis di sekolah dasar adalah kemampuan mengekspresikan ide, gagasan, perasan dalam bentuk kalimat. Kesulitan ini muncul karena pengalaman membaca siswa rendah, teknik pembelajaran yang diterapkan guru secara dominan berpola jelaskan, contoh, tugasi, kurang memberi porsi evaluasi dan memberi refleksi tulisan anak, guru belum maksimal menjadi teladan dalam menulis, hasrat atau dorongan menulis itu kurang ditumbuhkan, dan utamanya mereka kurang berlatih. Hal tersebut adalah simpulan yang saya dapatkan dari meneliti 8 SD yang ada di Ponorogo baik di sekolah swasta maupun negeri baik berakreditasi B maupun A. Untuk itu perlu banyak hal yang dapat dilakukan demi perbaikan pembelajaran menulis di SD. Satu hal yang saya tawarkan dalam mengatasi masalah tersebut adalah setiap mengawali pembelajaran lakukan dengan pantik emosi.
Pantik emosiadalah langkah awal yang harus dilakukan oleh guru agar suasana pembelajaran menyenangkan. Pantik emosi ini sangat penting karena daerah emosional siswa tersentuh, dan secara pribadi membawa kesan yang mendalam. Hal ini secara teoretis didasarkan pada pandangan Given (2007: 371-376) dalam bukunya Brain-Based Teaching Merancang Kegiatan Belajar Mengajar yang Melibatkan Otak Emosional, Sosial, Kognitif, Kinestetik, dan Reflektif.Given berkeyakinan bahwa keefektifan pembelajaran dapat dicapai dengan mengembangkan sistem pembelajaran primer yang mendasarkan diri pada kondisi alamiah otak. Sistem pembelajaran primer yakni, emosional, sosial, kognitif, fisik, dan reflektif. Kunci bagi perkembangan sistem pembelajaran terletak pada interaksi guru sebagai fasilitator yang mampu menerapkan kelima sistem tersebut. Penawaran pantik emosi ini secara empiris didasarkan pula pada kenyataan di lapangan guru kurang memanfaatkan tahap apersepsi dalam pembelajaran. Guru kurang mengindahkan peran apersepsi dalam pembelajaran secara keseluruhan.Di sisi lain kedudukan apersepsi dalam mengawal keberhasilan pembelajaran sangat menentukan.
Pantik emosi sebagai sistem pembelajaran emosional adalah sistem pembelajaranyangmenyesuaikan dengan cara belajar alamiah otak. Sistem pembelajaran emosional merupakan pembelajaran yang di dalamnya guru berusaha menciptakan iklim kelas yang kondusif bagi keamanan emosional dan hubungan pribadi dengan siswa. Guru dapat memupuk sistem pembelajaran emosional dengan menunjukkan antusias yang tulus, membantu siswa menemukan hasrat, membimbing mereka mewujudkan target pribadi. Untuk itu pembelajaran harus menarik, menantang, relevan, sesuai kebutuhan siswa. Kondisi ini memperkecil kecemasan akademik. Sistem pembelajaran emosional menentukan hasrat, impian, dan keinginan pribadi. Sistem ini memproyeksikan semangat, sikap, dan kreativitas seseorang, menciptakan rasa diri yang memberdayakan dan memberikan energi. Pembelajaran ini bisa dilakukan secara sadar, tetapi biasanya dilakukan tanpa niat dan tanpa sadar. Guru harus mampu membangkitkan atau memantik emosi siswa untuk memperoleh ide dalam penulisannya.
Pantik emosi adalah fase memberikan perangsang penemuan ide dengan pengondisian kelas dan emosi siswa. Kegiatan pantik emosi ini dengan pengaktifan otak kanan. Kegiatan dengan otak kanan akan menimbulkan motivasi, mengolah emosi. Hal ini bertujuan untuk membuat koneksi antarkedua belahan otak. Sumber akuisisi ini dapat berupa diskusi, peralatan visual, stimuli lingkungan, pengalaman praktis, manupulatif, video, reflektif, proyek kelompok, berpasangan. Fase akuisisi ini hakikatnya mencari, mengumpulkan, mengoneksikan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya sebagai modal yang berguna untuk menambah wawasan dalam proses menulis. Hal-hal yang bisa dilakukan dalam tahap akuisisi satu diantaranya adalah menghadirkan gambar-gambar hidup yang konkret dalam pembelajaran.
Pantik emosi bertujuan untuk menyiapkan otak dalam posisi rileks dan menyenangkan. Kegiatan pantik emosi bisa dilakukan dengan stimulasi benda konkret, musik, aktivitas motorik (melakukan gerakan), film, dan rekaman. Kegiatan tersebut adalah aktivasi otak kanan yang dibutuhkan dalam penemuuan ide/ gagasan dalam menulis. Pantik emosi adalah pemanggilan pengalaman yang telah dilalui siswa sebelumnya.
Praktik Pantik Emosi
Guru merangsang emosi siswa dengan menggunakan benda konkret(salah satu contoh)yang mampu mengoneksikan pengetahuan dan pengalaman siswa. Benda ini diharapkan mampu membawa suasana yang mengikat sesuai pengalaman siswa. Guru dapat menggunakan benda konkret yang lain berupa: payung, topi, tas rangsel, es teh, baju, sepatu, gantungan kunci dan gelang, dan lain-lain. Secara apikatif guru dapat menggunakan payung misalnya yangberwarna-warni sebagai media pemantik emosi. Dengan membawa payung tersebut guru berusaha membangkitkan imajinasi bahwa payung yang dibawa ini membawa cerita dalam pengalaman setiap anak. Sambil memancing dengan kata tanya pengembang, guru tetap berusaha memantikkan emosi agar pengalaman siswa tergali. Payung yang berwarna-warni sebagai media pemantik emosi ini diharapkan dapat merangsang indera penglihatan dan perabaan. Melalui benda tersebut emosi siswa dikelola dengan memberikan imaji dengan kisah cerita sedih atau kisah cerita senang.
Pengondisian emosional sedih tentang payung dimunculkan dengan pertanyaan pengembang kesedihannya. Guru dapat menanyakan tentang cerita sedih apa yang berkaitan dengan payung? Bagaimana awal kejadiannya?Mengapa cerita itu bisa terjadi? Dimana peristiwa itu terjadi? Siapa saja yang teribat dalam cerita sedih itu? Akhirnya bagaimana dengan cerita sedihmu tentang payung itu?
Guru juga dapat mengondisikan dengan cerita senang dari benda konkret yang dijadikan media pemantik emosi tersebut. Guru dapat menanyakan tentang kenangan cerita menyenangkan apa yang berkaitan dengan payung? Bagaimana awal kejadiannya? Mengapa cerita itu bisa terjadi? Dimana peristiwa itu terjadi? Siapa saja yang teribat dalam pengalaman yang menyenangkan itu? Akhirnya bagaimana dengan cerita menyenangkanmu tentang payung itu? Secara aplikatif, benda konkret dapat diganti dengan berbagai alternatif yang memungkinkan siswa terpantik emosinya. Alternatif lain yang bisa digunakan adalah menggunakan teks lagu, musik, rekaman, peralatan visual, stimuli lingkungan, pengalaman praktis, video, aktivitas motorik, dan lain-lain. Pantik emosi ini merupakan sarana yang bersifat multisensorik atau multiindrawi. Suasana emosional dipantik secara visual, audio, taktil, pengecapan, dan penciuman. Pantik emosi ini merupakan sarana pemanggilan ide agar dengan mudah diekspresikan dalam kalimat. Selamat mencoba.
Penulis: Dr. Ririen Wardiani, M.Pd.
Dosen STKIP PGRI Ponorogo
*Artikel telah termuat di Jawa Pos Radar Ponorogo, September 2016.