Mahasiswaku, Nilai Bukanlah Jaminannya
KABAR PONOROGO ■ Empat tahun bukanlah waktu yang singkat untuk menjalin kebersamaan. Suka duka telah terlewati bersama. Getir dan manisnya sebuah perjuangan untuk meraih gelar sarjana telah terlalui bersama.
Siang ini, tepat pukul 13.00 WIB sedang berlangsung prosesi yudisium (S-1) program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) dan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) tahun akademik 2018/2019.
Graha Saraswati menjadi saksi pengukuhan itu, setelah surat keputusan ketua STKIP PGRI Ponorogo yang dibacakan oleh Totok Kushartoko, S.T selaku Kepala Bagian Administrasi Akademik Kemahasiswaan. Rangkaian acara berlangsung khidmat.
Diawal acara para mahasiswa tampak riang gembira, tak sabar ingin segera melalui berbagai prosesi sakral yang terkemas dalam acara tersebut. Nyayian lagu Indonesia Raya dan Mars STKIP PGRI Ponorogo menggema terdengar. Syair lagu tersebut begitu menyentuh relung hati. Tak sedikit mahasiswa tampak berkaca-kaca. Begitu luar biasa menjelma, mengetuk pintu hati terdalam.
“Syukur alhamdulillah waktu yang ditunggu dan diimpikan kini telah kami lalui, rasa haru dan bahagia beriringan kami rasakan”, ungkap Dyah mahasiswa PBSI 2015. Rasa bangga dan bahagia begitu lengkap kami rasakan ketika bapak Ketua menyampaikan sambutan singkatnya.
“ Anak-anakku nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) bukan menjadi patokan utama bahkan tidak bisa berbuat banyak tanpa diimbangi kerja keras dan keterampilan berkarya”, tutur Dr. H Sutejo, M.Hum selaku ketua STKIP PGRI Ponorogo (23/8/2019).
Beliau juga menekankan untuk menjadi mahasiswa pelopor literasi selaras dengan komitmen STKIP PGRI Ponorogo sebagai kampus pelopor literasi Indonesia.
“Jadilah guru pembelajar yang diimpikan dengan membaca, membaca, dan menulis, menulis,” pesan Dr. H Sutejo, M.Hum sekaligus ketua adat sekolah literasi STKIP PGRI Ponorogo diakhir sambutannya.
Program sekolah literasi telah sukses berjalan beberapa tahun ini. Dengan komitmen yang kuat, lembaga STKIP PGRI Ponorogo tidak hanya mencetak calon pendidik yang profesional, tetapi juga pendidik yang literat.
Dengan membudayakan kebiasaan membaca dan menulis harapan dan cita-cita untuk menjadi guru yang kreatif, dan literat dapat terwujud.
Patutlah bangga para mahasiswa yang telah berkesempatan menjadi bagian dari kampus pelopor literasi Indonesia. Tidak hanya bekal ilmu terkait bidang pendidikan Bahasa dan Sastra saja, namun berbagai pengalaman berorganisasi dan pesan-pesan kehidupan dari para dosen turut serta mereka dapatkan. Bagi para mahasiswa kampus adalah rumah kedua mereka.
Penulis: Renita Ayu Kumalasari
Mahasiswa PBSI 2015/STKIP PGRI Ponorogo.
Sumber Berita: JBN News (Jaringan Berita Nasional)