Literasi, Kunci Kualitas Generasi
Betapa nyiyir ketika terlontar dari siswa-siswa usia SMP, SMA yang ketika ada pelajaran menulis dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia selalu mengatakan, harus saya mulai dari mana, sulit, tidak bisa menulis dan berapa pertanyaan lain. celoteh mereka kepada gurunya. Pertanyaan itulah yang menggelitik dan mengusik kita untuk menguak dimana sebetulnya kesulitan-kesulitan yang dihadapi para siswa untuk menulis. Menulis, merupakan kegiatan yang benar-benar ekspresi atau luapan perasaan yang ada dalam pemikiran kita. Jadi apabila dalam benak pikiran kita sudah muncul ide atau gagasan, mari kita mencoba menorehkannya dalam lembar-lembar kertas dengan sebuah keinginan mengaktualisaikan gagasan tersebut kedalam tulisan. Tulisan tersebut bisa ditransfer kepada orang lain yakni pembaca sebagai wujud memberitahu, mengkritisi, menceritakan pengalaman, meresensi, membuat buku, dll. Semua ini akan menjadi lilin-lilin literasi yang akan membawa sebuah perubahan di masa mendatang.
Jangan pernah merasa kehabisan ide, kita dapat menuangkan dan mengabadikan cerita perjalanan hidup kita dalam tulisan. Kita bisa memulai menulis tentang gerimis hujan, tentang tetesan embun, tentang keindahan alam, tentang indahnya cinta sahabat, kekasih atau cinta kepada orang tua dan cinta kepada sang pembuat hidup, sosial masyarakat, politik, hukum, sejarah, dan banyak hal-hal menarik lainnya. Tidak hanya itu, kita juga bisa memotret hal-hal yang sifatnya abstrak. Lampiaskanlah pesona perasaan atau emosi yang sedang bergejolak dalam hati dan jiwa (mulai dari rasa sedih, suka, duka, nestapa, galau, jengkel, marah,gelisah, dll.) dengan menulis. Mengapa? Karena dengan menulis dapat memberikan pengaruh positif pada perasaan, pikiran dan juga berfungsi sebagai terapi jiwa kita. Apa yang membuat kita sedih? Apa yang membuat kita gelisah? Mengapa kita gelisah atau mengapa kita sedih? Pertanyaan-pertanyaan tersebut memaksa kita untuk berpikir dan membantu kita memahami keberadaan diri kita dengan lebih baik.
Seperti yang diungkap Pram, Pramoedya Ananta Toer bahwa “Kau, Nak, paling sedikit kau harus bisa berteriak. Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapapun? Karena kau menulis, suaramu tak akan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh dikemudian hari. Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah”. Yaa, dengan menulis tak akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah adalah benar, karena hasil tulisan yang berupa narasi, puisi, cerpen, novel dan bahkan buku jelas akan memunyai kontribusi besar pada peradaban manusia.
Generasi muda, sebagai tonggak penentu maju mundurnya negeri, sebagai baik buruknya peradaban, sebagai pengobar semangat yang tak pernah padam, sebagai barometer kemajuan negeri adalah generasi kunci kualitas sebuah negara. Sehingga ada benarnya ketika sang Proklamator berteriak mengobarkan semangat dengan kata-kata bijaknya “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia“. Maka generasi mudalah sejatinya tumpuan tonggak penerus bangsa yang tak pernah lekang dalam ranah apapun.
Nah, berawal dari berbagai faktor latar belakang yang memang sangat butuh perhatian dari berbagai khalayak pemerhati kemajuan dan kualitas generasi bangsa, maka STKIP PGRI Ponorogo bersama semua pendukung baik dari internal maupun eksternal siap menjadi jembatan penghubung sekaligus pemantik tumbuhnya budaya literasi bagi kaum muda generasi bangsa untuk mengajak, merangkul mereka sang penentu masa depan bangsa untuk bergabung bersama dalam Sekolah Literasi Gratis yang diadakan selama satu tahun secara continue mulai bulan September 2016untuk menggali potensi, mutiara-mutiara terpendam yang ada dalam jiwa-jiwa muda yang penuh gejolak pembaharuan, akan menjadi wadah penulis-penulis berbakat dalam berkarya. Mari bersama-sama menjunjung tinggi nilai-nilai budaya bangsa lewat literasi. Kita coba tanam bibit-bibit unggul sang Maestro Pena sebagai penggerak roda kepenulisan dalam menguak dan membuka “sang kunci kualitas generasi melalui literasi”. Kita tanamkan dalam bibit literasi tentang Writing is Fun, menulis itu menyenangkan. Teruslah berkarya. Salam Literasi kawan muda, berkaryalah terus dengan tulisan, dunia akan tersenyum kepadamu kala tulisanmu menjadi coretan sejarah penakhluk peradaban manusia.
Penulis: Hestri Hurustyanti, M.Pd.
Dosen STKIP PGRI Ponorogo
*Artikel telah dimuat Jawa Pos Radar Ponorogo, Edisi September 2016.