Literasi; Pendakian Makna
Literasi hakikatnya keberaksaraan di mana kemampuan menulis dan membaca dipehitungkan sebagai bagian kebutuhan yang wajib dalam diri seseorang, budaya literasi dimaksudkan kebiasaan berfikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca, menulis yang pada akhirnya mencapai titik akhir yaitu karya tulis yang bermakna.
Literasi dapat diartikan sebagai sebuah ruang yang di dalamnya memiliki proses panjang dan kemelut perjuangan yang khusuk, proses pemberian makna pada sebuah bahasa kiranya yang penting dan terpenting dalam proses literasi. Literasi bukan semata proses menulis, namun terpenting bagaimana menemukan tulisan yang memiliki arti sesungguhnya. Proses itulah yang kemudian literasi adalah perjuangan berdarah-darah, bukan peperagan atau sabotase. Lebih pada makna filosofis perjuangan yang membutuhkan pengabdian batin dan fikiran.
Memahami literasi sebagai perjuangan, teringat beberapa tokoh-tokoh besar Islam yang sudah lama mengabdikan dirinya dalam kegiatan literasi dan mengasilkan karya yang monumental sampai saat ini. Seperti Imam Muslim, yang melakukan perjalanan jauh sapai ke Arab, Mesir, Suriah, dan Irak dalam usaha mengumpulkan hadist-hadist, ia juga menulis beberapa buku fiqih dan biografi sampai membawanya sebagai ulama besar berkat perjuangan dalam berliterasi.
Dalam perjalanananya mengabdikan diri pada Ilmu (literasi) Imam Muslim meninggalkan karya tulis yang tidak sedikit jumlahnya, diantaranya; Al-Jami’as, Al-Musnadul Kabir (Kitab yang menerangkan nama-nama perawi hadist), Kitabul-Asma’ wal-Kuna, Kitab al-‘IIlal, Kitabul-Aqran, Kitabul Su’alatibi Ahmad bin Hambal, dan banyak lainnya. Tokoh islam lainnya yang bergelut pada dunia literasi yaitu Imam Nasa’i, merupakan salah satu tokoh besar Islam yang mengembara demi mengumpulkan hadist, juga tokoh penulis kitab hadist yang sangat termashur. Karya yang pernah dibuatnya Shahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Jami’ at-Tirmidzi, dan Sunanus Surga. Selain dua tokoh tersebut juga terdapat tokoh Islam, yaitu Imam Tirmidzi yang harus rela mengalami kebutaan, setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi, bertukar pikiran, serta mengarang. Sampai ia menemukan keilmuan yang selalu dipuji, disanjung, dan diakui oleh ulama-ulama besar lainnya.
Berkat lietarsi yang diperjuangakan, membuat Imam Muslim, Imam Nasa’I dan Imam Tirmidzi menjadi tokoh besar dan diyakini akan keilmuannya sampai saat ini. Kenapa para tokoh di atas sangat gemar membudayakan literasi baca, tulis dalam dirinya. Mengapa literasi penting untuk diperjuangakan dalam hidup mereka?. Menguak literasi seperti menguak kedalaman proses yang turut serta di dalammnya. Ada beberapa hal yang perlu untuk dipelajarari dan dipahami untuk melihat seberapa pentingnya literasi untuk diperjuangan dalam hidup. Literasi memiliki perjalanan yang panjang, diantaranya; (i) perjalanan membaca, (ii) perjalanan memahami, (iii) perjalanan mendengarkan, (iv) perjalanan menghayati, dan (v) perjalanan menuliskan. Apa yang bermanfaat dari perjalanan tersebut?
Pertama, perjalanan membaca, membaca merupakan bagian hal yang penting dalam literasi. Melalui membaca maka orang akan tau akan sesuatu, dengan membaca seseorang juga akan bertambah komposisi keilmuannya, dengan membaca maka orang akan melek pengetahuan. Karena dalam filosofi kilmuan membaca dianalohkan sebagai jendela dunia. Melalui perjalanan membaca akan menemukan; ide, gagasan, pemikiran, dan konsep-konsep baru yang bermanfaat dan baik untuk diterapkan dalam dirinya maupun kehidupan dirinya dalam bermasyarakat. Membaca di sini bukan hanya membaca buku, melainkan juga membaca lingkungan, dan membaca keadaan yang ada di sekitarnya. Perjalanan membaca besar pengaruhnya dalam literasi, hal demikian yang perlunya membaca –bahkan wajib—untuk dilakkan dalam berliterasi. Berkat membaca liteasi memiliki bobot yang tinggi terhadap keterbukaan pengetahuan seseorang terhadap keadaan global. Bukan saja tau tapi juga mengerti.
Kedua perjalanan memahami, literasi butuh pengetahuan yang luas. Bukan hanya sekedar membaca tetapi juga perlu adanya memahami. Memahami di sini menuntun seseorang untuk berfikir, dan berkonsentrasi. Perjalanan memahami memberikan peta pemikiran terhadap suatu objek dengan melihat dari berbagai sudut dan pemahaman. Melalui proses memahami ini, literasi memiliki lisensi yang kuat sebagai bentuk yang bermakan dan perlu untuk ditumbuhkan dalam diri seseorang. Penumbuhan pribadi yang mampu memahai, maka akan lahir pribadi yang kuat dan tidak sembarangan dalam menjalani hidup serta menyikapi permasalahan hidup dengan berbagai asumsi-asumsi yang terstruktur.
Ketiga perjalanan mendengarkan, dari mendengarkan makan seseorang juga akan belajar untuk tau, dan mengatahui. Karena mendengarkan adalah proses menangkap, memahami, dan mengingat sebaik-baiknya suatu informasi yang di dengarnya. Mendegar ini akan melatih seseorang untuk menangkap segala informasi yang muncul dalam kehidupan sosial, dengan begitu akan melatih seseorang dalam menambah pengetahuan akan wawasan terhadap keadaan sosial sekitar. Keempat perjalanan menghayati, perjalanan menuntut akan kemampuan batin yang berperan penting dalam pelaksanaannya. Menghayati mampu memunculkan penilaian-penialan tertentu terhadap suatu objek yang dibantu dari pengetahuan yang di dapat dari membaca, mendengarkan, dan memahami. Menghayati merupakan penerapan lanjutan dalam sebuah literasi yang erat kaitannya terhadap rasa, dan perasaan. Melalui mengayati akan tau, akan sesuatau hal lebih intens, dengan sepenunya merasakan akan sesuatu hal. Misal dalam menulis puisi, penghayan penting kaitanya dalam menghidupkan unsur batin yang mampu menyentuh pembaca. Sehingga puisi seakan bicara dalam hati dan mampu merangkul jiwa pembaca.
Kelima perjalananmelihat, bukan saja melihat sesuatu yang ada di depan mata, melainkan berbagai penjuru, sepeti; melihat masa lalu, melihat masa depan, melihat pengalaman orang lain, melihat keadaan saat sekarang, melihat realitas sosial. Melihat dalam lietarsi melatih diri dalam memahami objek apapun yang dilihat sebagai pemahaman yang jelas arahnya. Dengan melihat masa lalu, maka seseorang dapat belajar dari hal-hal yang pernah dialami, karena masa lalu bagian dari ilmu yang penting untuk masa depan. Atau melihat masa depan dengan konsep cita-cita dan harapan, makan dengan melihat seseorang akan belajar memebuat konsep hidup perjalana jauh kedepan dalam menuju sebuah harapan dan cita-cita. Melalui proses melihat maka seseorang akan jauh memandang ke dalam suatu keadaan.
Terakhir, keenam menulis, merupakan proses akhir dari membaca, memahami, mendengarkan, mengahayati, melihat dan menuliskan. Menulis yakni tahap puncak, diamana perenuangan hasil membaca, hasil penghayatan, hasil melihat, hasil memahami sepenuhnya dituagkan dalam menulis. Hasil membaca sangat mempengaruhi bagaimana isi dan pemaknaan yang terdapat dalam penulisannya, pengahayatan juga memiliki peran dalam menstabilkan hati dan pikiran dalam ikut masuk dalam raga tulisan. Melihat unsur literasi tersebut memperlihatkan pentingnya literasi sebagai hal yang perlu untuk diperjuangan dalam diri seseorang, diperjuangan sebagai kesenanagan, diperjuangan sebagai aktifitas sehari-hari dan diperjuangan sebagai kebudayaan. Literasi bukan saja memberi konsep baca, dan tulis tapi lebih panjang lagi konsep-konsep lain yang mampu menumbuhkambangkan kepribadian seseorang untuk menjadi lebih baik, sekaligus menumbuhkan kualitas diri.
Penulis: Nanang Eko Saputro, S.Pd.
Alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Ponorogo Tahun 2016, Pendidik di SMAN 01 Batu Sopang, Kalimantan Timur.
*Artikel telah dimuat Jawa Pos Radar Ponorogo, edisi September 2016.