Beberapa Kelebihan Perempuan
Oleh: ROHMAD ARKAM
Fatimah Az-Zahra, putri bungsu Kanjeng Nabi Muhammad Saw dari pernikahannya dengan Siti Khadijah. Ia merupakan perempuan dengan kepribadian mengagumkan. Ia begitu dicintai dan dihormati oleh umat Islam bukan karena apa yang telah diperbuatnya untuk kepentingan pribadinya, tapi lantaran pengabdianya kepada Islam, kelurga, dan suaminya. Ia melambangkan perempuan salehah yang selalu dikenang sepanjang zaman.
Tersebut dalam riwayat Abu Hurairah Ra, yang terekam di dalam kitab Uqudul Lujain Fi Bayani Huquqiz Zaujaini karya Syekh Nawawi Al-Bantani, suatu hari Kanjeng Nabi Saw mengunjungi putrinya, Fatimah. Sampai di rumahnya, beliau melihat putrinya sedang menggiling tepung sambil menangis.
Lalu Kanjeng Nabi bertanya, “Kenapa menangis, Fatimah?” Fathimah menjawab, “Ayah, aku menangis hanya karena batu penggiling ini, dan aku menangisi kesibukanku di rumah yang datang silih berganti”.
Kanjeng Nabi Saw kemudian mengambil tempat duduk disisinya. Fathimah berkata, “Ayah demi kemuliaanmu, mintakanlah kepada Ali (Saidina Ali Ra) membelikan seorang budak untuk membantu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumahku”.
Selesai mendengar curhatan putrinya, Kanjeng Nabi Saw bangkit dari dudukunya kemudian berjalan menuju tempat penggilingan. Beliau memungut segenggam gandum dan dimasukkan kepenggilingan. Setelah beliau membaca basmalah maka berputar sendiri alat penggilingan itu karena izin Allah. Hal itu terus berjalan hingga segenggam gandum itu halus.
Kemudian Kanjeng Nabi Saw memberikan dawuh kepada putrinya, Fatimah, “Kalau Allah SWT berkehendak, niscaya batu penggilingan ini akan bergerak dengan sendirinya untukmu. Tetapi Allah SWT berkehendak mencatat kebaikan-kebaikan untuk dirimu dan menghapus keburukan-keburukanmu serta mengangkat derajatmu.
“Hai Fatimah seorang istri yang membuatkan tepung untuk suaminya dan anak-anaknya, Allah SWT mencatat baginya memperoleh kebaikkan dari setiap butir biji yang tergiling dan menghapus keburukkannya serta meninggikan derajatnya.”
Kanjeng Nabi Saw meneruskan dawuhnya kepada putri kesayangannya, “Hai Fatimah, apabila ada seorang istri yang berkeringat di sisi alat penggilingannya karena membuatkan bahan makanan untuk suaminya, kecuali Allah SWT akan memisahkan atas dirinya dan Neraka sejauh tujuh hasta.
“Hai Fatimah, mana saja seorang istri yang meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisir rambut mereka dan mencuci baju mereka, kecuali Allah SWT akan mencatat baginya memperoleh pahala seperti pahalanya orang yang memberikan makan kepada seribu orang yang sedang kelaparandan seperti pahalanya orang yang memberikan pakaian kepada seribu orang yang sedang telanjang.”
Tidak cukup dengan dawuh-dawuh sebelumya, Kanjeng Nabi Saw tetap melanjutkan nasihatnya kepada putri semata wayangnya,
“Anakku Fatimah, apabila seorang istri sedang mengandung, maka para malaikat memohonkan ampunan untuknya, dan setiap hari dirinya dicatat memperoleh seribu kebajikan dan seribu keburukannya di hapus.
Apabila telah mencapai rasa sakit (menjelang melahirkan) maka Allah SWT mencatat baginya pahala seperti pahalanya orang orang yang berjihad di jalan Allah. Apabila telah melahirkan dirinya terbebas dari segala dosa seperti keadaannya di hari setelah dilahirkannya oleh ibunya”.
Demikian beberapa dawuh Kanjeng Nabi Saw ketika menasihati putri kesayangnya yang terkisah di dalam kitab Uqudul Lujain Fi Bayani Huquqiz Zaujaini karya Syekh Nawawi al-Bantani.***
Sumber artikel : alif.id
Rohmad Arkam
Dosen STKIP PGRI Ponorogo