Arafat Nur: Rahasia Nulis Novel, Timbulkan Keunikan, Ciptakan Daya Pukau
Pengantar:
FAM Indonesia pada Senin, 24 Agustus 2015 mengadakan Seminar Online dengan narasumber Arafat Nur (Novelis). Tema seminar adalah “Rahasia Sukses Menulis Novel”. Berikut hasil jalannya seminar. Selamat membaca.
Profil Narasumber:
ARAFAT NUR adalah penulis prosa yang memulai bakatnya dengan menulis puisi, lantas mengarang cerita pendek, dan terakhir lebih terpumpun pada novel. Di sela-sela kesibukannya sebagai pekerja serabutan, dia gemar membaca buku apa saja, terutama buku sejarah dan sastra asing.
“Lampuki” (Serambi, 2011) merupakan novelnya yang terpilih sebagai pemenang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2010 dan meraih Khatulistiwa Literary Award 2011. Novel lainnya adalah “Burung Terbang di Kelam Malam” (Bentang, 2014), yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul “A Bird Flies in the Dark of Night”. Pembaca dapat berintereaksi langsung dengan penulis melaui twitter di @arafat_nur.
Aishiteru Menulis (Moderator): Assalamu’alaikum Bang Arafat Nur, apa kabar Anda malam ini?
Arafat Nur: Waalaikumussalam wr wb. Selamat malam. Salam sejahtera. Moga semuanya dalam keadaan sehat. Senang sekali malam ini kita bisa berintereaksi di dunia maya, di group FAM Indonesia yang semakin berkembang. Semoga banyak yang sudah baca karya-karya saya sehingga semakin “nyambung” diskusi kita malam ini.
Aishiteru Menulis: Alhamdulillah, selamat datang di FAM Indonesia, Bang Arafat Nur. Tentu, peserta seminar malam ini sudah menunggu kedatangan Bang Arafat. Apakah siap kita berdiskusi malam ini?
Arafat Nur: Makasih, Moderator. Insya Allah siap.
Aishiteru Menulis: Sip, terima kasih. Sejak kapan Bang Arafat Nur mulai menulis novel?
Arafat Nur: Kira-kira sebelum tsunami, sekitar tahun 2004. Novel pertama saya “Percikan Darah di Bunga” kebetulan menang sayembara FLP Jakarta. Tapi kalau mulai menulis sudah tahun 1994.
Aishiteru Menulis: Oke. Di awal menulis, sepertinya Bang Arafat Nur suka menulis puisi dan cerpen di koran-koran, khususnya di Aceh. Lalu, kenapa sekarang tertarik dan fokus menulis novel?
Arafat Nur: Betul. Kesempatan menulis di koran terbatas, baik halaman maupun tulisannya dibatasi. Nulis novel bisa suka-suka. Dan media publikasinya juga tidak dibatasi.
Aishiteru Menulis: Oke. Kemunculan Novel LAMPUKI mengejutkan publik sastra tanah Air, apalagi menang DKJ 2010. Apa yang melatarbelakangi Bang Arafat Nur menulis novel berlatar Aceh ini?
Arafat Nur: Karena saya orang Aceh, tinggal di Aceh, dan memahami Aceh lebih baik. Selain itu ada yang perlu saya luruskan, perlu saya tunjukkan pada orang lain hal-hal yang tidak tampak dan sulit dipahami. Saya juga memunculkan nilai-nilai penting, pesan penting, dan sejarah penting yang tak tercatat sebelumnya.
Aishiteru Menulis: Sangat inspiratif. Tentu banyak hal bisa disampaikan lewat novel ya, yang mungkin tidak tersampaikan dengan cara lain, jurnalistik misalnya, sebab Bang Arafat Nur seorang wartawan juga. Baik, langsung saja dipersilakan kepada peserta untuk bertanya ke Bang Arafat Nur. SESI TANYA JAWAB DIBUKA.
Arafat Nur: Menulis bagi saya adalah tanggung jawab moral, sebagai wujud rasa cinta saya kepada manusia, kepada bangsa. Paling tidak saya bisa menyumbangkan buah pikir bagi orang yang punya minat membaca.
Yus Rusmanasudia: Mohon sedikit tentang proses kreatifnya?
Farihatun Nafiah: Salam aktif. Saya mau bertanya, Bang Arafat Nur berapa lama waktu untuk merampungkan satu novel? Apakah pernah mengalami ‘hilang fokus’ saat proses penulisan?
Agung Gunawan: Bang Arafat Nur, saya memang belum pernah membaca karya-karya Anda, tapi saya yakin dengan Anda meraih beberapa penghargaan untuk karya Anda tentunya Anda tidak diragukan lagi dalam hal menulis dan mengolah kata. Pertanyaan saya Bang, sebagai penulis novel tentu Anda pernah merasa jenuh dan kehilangan ide untuk tulisan Anda. Kira-kira tips rahasia apa yang membuat Anda tetap konsisten menulis?
Ghea Mirrela: Bang Arafat Nur, langsung saja kepada pertanyaan. Bagaimana cara memunculkan atau melahirkan ide-ide penting tersebut. Dan ide-ide kita bisa diterima oleh pembaca.
Asmalinda Sy: Bang Arafat Nur, dalam menulis, terkadang saya selalu bimbang untuk menfokuskan ending yang sudah saya buatkan outlinenya. Sehingga, banyak cerita cerita saya yang tak berujung. Bagaimana kiat untuk mengatasi hal itu Bang? (Baca lebih detail di famindonesia.com)
Previous
Arafat Nur: Saya Suka Semua Penulis Yang Tidak Sombong Dan Tidak Suka Plagiat
Next