Puisi 2 Menit
Setiap orang pada dasarnya bisa menulis. Mereka bebas menulis apa pun. Jadi, menulis sebenarnya menjadi bagian dari keseharian.
Melalui program Sekolah Literasi Gratis (SLG), setiap orang mendapat kesempatan belajar dunia literasi. Sekolah literasi yang hadir setiap hari Minggu sejak Agustus 2016 itu berinisiatif membangun peradaban literasi di Ponorogo dan sekitarnya.
Program Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Ponorogo siap membantu, mendampingi, dan memotivasi semua orang yang ingin belajar dunia kepenulisan. Dosen, guru, mahasiswa, siswa, dan masyarakat umum boleh mengikuti kelas itu.
Tidak tanggung-tanggung, kampus di Jalan Ukel Babadan, Ponorogo itu sedang membangun ‘Kampus Literasi’. Dalam setiap pertemuan didatangkan orang-orang hebat dalam bidangnya. Minggu (12/2), SLG mendatangkan Hernowo, penulis buku tingkat anasional yang diantaranya best seller. Demikian juga dengan J Sumardianta, seorang motivator sekaligus guru SMA Kolase Dee Brito.
SLG telah memfasilitasi lebih dari 500 calon penulis dari berbagai latar belakang. Jadwal peserta per angkatan 100 orang. Jadi, tiba di angkatan kelima, Februari, sudah sekitar 500 calon penulis hebat yang dicetak.
Sutejo, salah seorang Ketua Adat Sekolah Literasi, mengutarakan, seseorang yang rendah literasi berpotensi menjadi ladang hoax. Keliaran hoax hendaknya ditangani dengan action-action yang tepat dan menjurus. Jika tidak, apa yang terjadi dunia ini—hidup dalam panggung sandiwara, menari di atas lingkaran kebohongan.
“Hoax atau berita bohong, layaknya kilat. Pergerakannya cepat dan penyebarannya luas. Kalau tidak segera dipupud, hidup seperti anak kecil tanpa pakaian, telanjang,” sindir laki-laki biasa disapa Pak T itu.
Selain mendatangkan penulis buku dan motivator, Minggu (19/2) juga mendatangkan penyair kondang asal Banten, Rois Rinaldi, atau biasa disapa Rois, penyair muda multitalent. Karya puisi berjudul “Nun Serumpun” pun menjadi puisi terbaik di malam Anugerah Puisi Dunia 2014 yang diselenggarakan oleh Nusantara Melayu Rayadi Badan Pustaka dan Bahasa Malaysia. Rois dalam HesCom 2013 di Bali dinobatkan sebagai tokoh sastra Insonesia.
Hebat, dalam waktu dua menit kalian sudah menulis sedemikian rupa. Padahal, jika itu saya atau Pak Tejo yang melakukan tidak mungkin bisa berhasil
Sebagai latihan awal menulis, lelaki berkulit sawo matang itu meminta peserta SLG untuk menyiapkan selembar kertas yang kosong, beserta pena guna untuk menggambar sesuatu tentang Ponorogo. Kemudian, peserta diberikan waktu dua menit untuk membuat puisi sesuai apa yang digambar. Hasilnya luar biasa. Setiap peserta mampu menulis satu sampai dua bait puisi. Itu menandakan, bahwa setiap manusia berpotensi bisa menulis.
“Hebat, dalam waktu dua menit kalian sudah menulis sedemikian rupa. Padahal, jika itu saya atau Pak Tejo yang melakukan tidak mungkin bisa berhasil,” puji Rois kepada 100 peserta. Harapannya, semoga setelah keluar dari ruangan ini, semua menjadi penulis yang menunjukkan ciri khas. “Mari bersama-sama membangun bangsa literasi!” ajak penulis puisi Terlepas itu.
Pawarta: Suci Ayu Latifah
Mahasiswi STKIP PGRI Ponorogo, Panitia SLG STKIP PGRI Ponorogo.
Sumber: Harian Surya Surabaya, Selasa, 28 Februari 2017 (kolom Digim@c).