Jus Putung Rokok Usir Nyamuk
Kota, dikatakan indah dan bersih jika terbebas dari sampah, baik sampah organik maupun anorganik yang berserakan di mana-mana. Seperti di pusat kota, taman, jalan, hingga di seluruh tempat umum. Salah satu sampah yang dimaksudkan adalah sampah rokok, alias putung rokok.
Inilah yang menjadi latar belakang tiga mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Ponorogo, melakukan terobosan baru berupa pemanfaatan putung rokok menjadi obat pemberantas nyamuk.
Ide menarik tersebut kemudian mereka ajukan dalam program yang diselenggarakan Kemenristek Dikti tahun 2017, dengan judul “Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Desa Cepoko Kecamatan Ngrayun Melalui Pemanfaatan Limbah Putung Rokok sebagai Insektisida Alami Pemberantas Nyamuk.”
“Ide terinspirasi ketika saya membeli makanan di warung. Di sana terdapat putung rokok yang berserakan. Sampainya di rumah saya terpikir tentang putung rokok itu, kemudian browser di Internet,” ungkap Rita, ketua Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) saat ditemui, Minggu, (6/8).
Melalui PKM berbasis pengabdian masyarakat, mereka memilih Desa Cepoko, Ngrayun, Ponorogo sebagai desa sampel. Pasalnya memiliki tempat geografis yang didominasi wilayah hutan, sehingga berpotensi menjadi ladang perkembangbiakan nyamuk. Di satu sisi, mayoritas masyarakat kurang peduli terhadap lingkungan dengan ditandai banyaknya warga yang terjangkit demam berdarah. Di sisi lain, masyarakat daerah pegunungan adalah perokok hebat.
Masyarakat agar kreatif dengan memanfaatkan sampah yang awalnya menjadi hal yang tidak berguna menjadi suatu produk yang aman dan ramah lingkungan.
“Rokok bisa menghangatkan tubuh manusia,” kata seorang warga yang aktif merokok.
Dalam suatu kesempatan, setelah melakukan penyuluhan di Desa Cepoko, (14/7) diadakan Monitoring dan Evaluasi Program Kreativitas Mahasiswa, tepatnya di Universitas Madiun dengan didamping dua dosen, yaitu Edy Suprayitno dan Adip Arifin.
Dijelaskan tujuan program tersebut, untuk memberikan terobosan baru kepada masyarakat yang masih sering menggunakan obat nyamuk berbahan kimia, agar menggunakan produk alami. Di samping itu, mengajak masyarakat agar kreatif dengan memanfaatkan sampah yang awalnya menjadi hal yang tidak berguna menjadi suatu produk yang aman dan ramah lingkungan.
Berbahan dasar tembakau dan kombinasi kulit jeruk, mereka berinisiatif membuat semacam parfum pemberantas nyamuk dalam bentuk cairan. Persiapan awal, mereka mengumpulkan sampah-sampah putung rokok yang ada di beberapa tempat, misalnya di warung, jalanan, angkringan, cakruk, dan tempat umum lainnya. Lalu, putung rokok tersebut dikuliti untuk diambil tembakaunya saja, kemudian di jemur selama dua-tiga jam, selanjutnya direndam kurang lebih 24 jam.
Sementara kulit jeruk yang masih segar, dipotong menjadi bagian kecil-kecil, lalu diblender dengan sedikit air. Jika sudah halus, campur dengan sari tembakau, dan blender lagi hingga merata. Selanjutnya, saring menggunakan kain agar sari-sarinya tidak ikut. Terakhir, hasil cairan tadi dimasukkan ke dalam botol parfum yang sudah disterilkan.
“Sederhana, prosesnya hanya membutuhkan waktu dua hari,” tambah Vadila selaku anggota PKM.
Rita, pencetus inovasi baru itu berencana kedepannya akan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Ponorogo membuat program skala besar. Pihaknya berharap, semoga inovasi mutakhir ini bisa diterima baik oleh masyarakat, khususnya Desa Cepoko, Ngrayun. Dan, masyarakat berniatan mengubah pola hidup dari pengguna bahan kimia beralih ke bahan alami dan aman. tentunya berasal dari lingkungan sendiri.
Pawarta: Suci Ayu Latifah
Mahasiswi STKIP PGRI Ponorogo, Panitia SLG STKIP PGRI Ponorogo.
Sumber: Harian Surya Surabaya, Rabu, 9 Agustus 2017 (kolom Digim@c).