SLG 2 Hadirkan Arafat Nur, 2 Kali Pemenang Dewan Kesenian Jakarta
Untuk proses kreatif saya dan kiat-kiat menulis novel hingga memenangkan sayembara Dewan Kesenian Jakarta tahun 2010 dan 2016 tunggu nanti di SLG 2.
Ponorogo– STKIP PGRI Ponorogo membuktikan sebagai pelopor kampus literasi Indonesia. Bukti itu diwujudkan dengan kembali menyelenggarakan program Sekolah Literasi Gratis 2 (SLG). Program ini merupakan tindak lanjut dari SLG sebelumnya yang sukses diselenggarakan.
SLG 2 akan kembali mengundang tokoh-tokoh yang telah berkecimung di dunia literasi. Menariknya, tokoh yang hadir nantinya berasal dari dalam dan luar negeri. “Konsepnya masih mengusung program sebelumnya, tapi nantinya ada rangkaian program lain,” Ujar Dr. Sutejo, M.Hum selaku ketua STKIP PGRI Ponorogo.
Pihaknya memberikan bocoran salah satu rangkaian dari program SLG 2, yaitu Anugerah Ronggowarsito. Penghargaan diberikan kepada penggiat literasi, khususnya karya-karya baik fiksi maupun non-fiksi. Menariknya peserta berasal dari seluruh wilayah di Indonesia. “Kami menyediakan hadiah 100 juta,” tegasnya.
Hadirnya tokoh-tokoh literasi di SLG 2 diharapkan memberikan inspirasi literasi. Mereka yang menjadi pemateri merupakan orang-orang pilihan yang telah bergulat dan berprestasi di bidang kepenulisan. Soal pengalaman tidak perlu diragukan lagi, seperti tokoh literasi yang akan hadir tanggal 29 September mendatang, tambahnya.
Tokoh literasi yang dimaksud adalah Arafat Nur, penulis novel yang berprestasi tingkat nasional. Lelaki kelahiran Aceh itu telah memenangkan sayembara Dewan Kesenian Jakarta sebanyak dua kali. Juga pemenang penghargaan Kusala pada tahun 2011.
Ditemui ketika berkunjung ke STKIP PGRI Ponorogo, pihaknya tidak sabar untuk segera bertemu dan berbagai inspirasi kepada masyarakat Ponorogo. Ia merindukan kehadiran pemuda-pemuda yang peduli dan cinta akan dunia kepenulisan. Menurutnya, sastra selayaknya kebudayaan kalau tidak ada yang meneruskan akan langka dan menghilang secara perlahan.
Penulis novel berjudul Lolong Anjing di Bulan itu sangat mengapresiasi adanya program SLG 2. Salah satu program yang menjadi wadah perubahan untuk perkembangan literasi di Indonesia. “Kota-kota lain harus meniru program SLG kayak ini,” pungkasnya.
Afarat juga menyatakan dalam waktu dekat 4 karya akan diterbitkan, karya itu berupa 3 novel dan 1 kumpulan puisi. Salah satu karyanya Lampuki, novel pemenang sayembara Dewan Kesenian Jakarta yang akan dicetak ulang. Novel yang mengisahkan tentang berbagai konflik di Aceh pada masa itu. Terdapat dua tokoh yang memiliki karakter kuat, yaitu Tengku sebagai guru ngaji dan Ahmadi seorang pemberontak yang berada di kampung Lampuki.
Lelaki berperawakan tinggi dengan kulit sawo matang itu memiliki beragam pengalaman. Pernah menjadi wartawan salah satu media cetak di Aceh. Profesi yang menurutnya penuh tantangan juga memberikan pengalaman mengesankan karena bertepatan dengan merebaknya berbagai konflik. “Sewaktu-waktu mendengar bom meledak dan saya saat itu harus meluncur untuk meliput,” ceritanya.
Disinggung soal proses kreatif menulis Ia justru menyinggung soal kebiasaan membaca berbagai buku bacaan. Menurutnya berbagai buku bacaan akan memberikan warna tersendiri bagi karyanya.
“Untuk proses kreatif saya dan kiat-kiat menulis novel hingga memenangkan sayembara Dewan Kesenian Jakarta tahun 2010 dan 2016 tunggu nanti di SLG 2,” tegasnya.
Red/ Agus Setiawan (Humas)