SLG Kembali Menginspirasi Untuk Berliterasi
Ponorogo– Berliterasi, berkreasi, dan berprestasi untuk negeri menjadi semangat yang diusung kampus literasi STKIP PGRI Ponorogo. Semangat ini sejalan dengan terselenggaranya Sekolah Literasi Gratis 2 atau akrab disebut (SLG 2), Minggu 29 September 2019.
Program ini sebagai lanjutan SLG sebelumnya yang mendapatkan apreasiasi positif dari berbagai kalangan. Hadirnya pemateri berprestasi di bidang literasi, program rutin dan berkelanjutan, bersifat gratis, dan progres untuk perkembangan literasi menjadi indikator munculnya apresiasi tersebut. Hal ini, dibenarkan oleh Dr. Sutejo, M.Hum selaku ketua STKIP PGRI Ponorogo. Pihaknya menjelaskan bahwa program SLG menjawab kebutuhan masyarakat terkait literasi. Terlebih berbagai berita yang menunjukkan tingkat literasi yang masih rendah.
Kembali terselenggaranya SLG untuk menjawab kerinduan sekaligus terus menumbuh-kembangkan literasi di masyarakat. Senada dengan harapan STKIP PGRI Ponorogo menjadi pelopor kampus literasi Indonesia. Kehadiran tokoh-tokoh literasi diharapkan mampu mendulang inspirasi sekaligus tergerak berliterasi, tambahnya.
Arafat Nur dan Yuditeha menjadi pemateri pertama di SLG 2 STKIP PGRI Ponorogo. Arafat Nur pemenang Kasula Sastra Khatulistiwa tahun 2011 yang didapuk sebagai pemateri pertama memperkenalkan karya-karyanya. Novel berjudul Tanah Surga Merah, Tempat Paling Sunyi, Lolong Anjing di Bulan dan beberapa deret novelnya. Perkenalan karya ini menjadi penanda kekaryaan sekaligus pemantik peserta untuk menulis.
Beberapa peserta yang terdiri dari kalangan pelajar, mahasiswa, pendidik, dan umum terlihat terkagum. Mereka saling berbisik sambari menunjuk novel Arafat yang covernya ditayangkan di slide. “Tidak usah membeli semua novel saya, cukup satu orang satu. Nanti bisa bergantian membacanya,” ujarnya sambil bergurau.
Menariknya, lelaki penyuka membaca itu memiliki kebiasaan unik. Membaca buku sampai 7 kali secara berulang. Ketika ditanya penulis saat berdiskusi tujuannya untuk lebih memahami secara mendalam isi buku itu, menurunya tidak puas hanya sekali membaca.
Disinggung soal novel yang mampu memenangkan berbagai penghargaan temasuk 2 kali menyabet juara Dewan Kesenian Jakarta. Ia menjelaskan tidak pernah mengikuti khursus menulis apalagi ikut seminar atau pelatihan. “Pengalaman menulis saya kebanyakan dari membaca buku,” pungkasnya.
Ia juga menjelaskan penulis hebat itu terlahir bukan hanya gila menulis, melainkan gila membaca. Tanpa membaca seorang penulis tidak bisa berbuat apa-apa. Ia juga menganalogikan selayaknya teko (wadah air minum) kalau kosong diperaspun tidak akan keluar.
Dilain pihak, Yuditeha sastrawan pendiri komunitas Kamar Kata banyak mengupas konsep menulis cerpen dan novel. Menurutnya, membangun menulis cerita itu lebih penting dari pada keindahan kata. Pesan yang sejatinya ditujukan untuk penulis pemula agar banyak berlatih dan banyak membaca.
Untuk membangun kebiasaan cinta menulis Ia bercerita tentang komunitas Kamar Kata. Melalui komunitas itu banyak melahirkan karya-karya dan mampu memenangkan perlombaan nasional. Setiap Kamis malam selalu berkumpul dan membawa karya masing-masing, selanjutnya didiskusikan bersama. “Kalau sudah tahap diskusi ini bisa sampai pagi,” pungkas lelaki pemenang pertama novel nasional jejak publisher tahun 2018 itu.
Melalui cerita komunitas Kamar Kata Yuditeha sekaligus menunjukkan bahwa untuk menjadi seorang penulis harus berkumpul dengan penulis, ingin menjadi sastrawan harus berkumpul dengan sastrawan. Paling tidak memiliki komunitas dengan orientasi yang sejalan.
Lelaki yang pernah menjadi pendidik itu membacakan puisi bertema ibu sebagai penutup. Gaya yang ekspresif dan penuh penghayatan memukau peserta. Tidak mengherankan hujaman tepuk tangan menggema di aula Graha Sarawati dari peserta SLG 2.
Sekolah Literasi Gratis 2 STKIP PGRI Ponorogo agendanya akan diselenggarakan setiap bulan sekali di hari Minggu. Sapta Arif Nurwahyudin selaku ketua SLG 2 menuturkan akan ada kejutan pemateri yang hadir setiap bulannya. “Terus pantau sosial media STKIP PGRI Ponorogo dan jadilah bagian dari penggerak perubahan bangsa,” pungkasnya. Red/Agus Setiawan (Humas)
1 Komentar pada SLG Kembali Menginspirasi Untuk Berliterasi