Sutejo: Lomba Opini, Uji Nyali dan Mental
Festival Literasi Sekolah di SMPN3 Peterongan (3/11/2019), salah satu kegiatannya adalah lomba tulis opini tingkat SMP/MTs Se-Jawa Timur. Hadir sebagai dewan Juri adalah Satria Dharma, pahlawan literasi dari Surabaya, Sutejo sebagai penggiat literasi dan penulis nasional asal Ponorogo, dan Anjrah Lelono Broto sebagai penggiat dan aktor literasi dari Mojokerto. Mereka menjadi pengadil yang menginspirasi, tidak saja bagi peserta tetapi juga memberikan pencerahan kepada para pembinanya.
Faiq Rasidah, sebagai ketua penyelenggara mengungkapkan bahwa kegiatan festival ini sudah yang kedua kalinya. Untuk menggali potensi-potensi literasi para siswa tingkat SMP di provinsi Jawa Timur. “Kegiatan ini sudah kedua kalinya. Sebagai ajang penggali talenta literasi di Jawa Timur. Mudah-mudahan kami diberi kekuatan untuk terus melanjutkan tradisi baik ini.”
Sutejo, yang memiliki banyak pengalaman berkaitan dengan pengalaman lomba kepenulisan tingkat nasional, tampil secara nyentrik. Dia memberikan sentilan dan hentakan mengejutkan kepada para peserta, berbeda dengan dua juri lainnya. “Bagi saya, lomba menulis opini bukan sekadar uji lomba menulis, tetapi juga uji nyali. Di tingkat nasional, juri seringkali berperan dimensional. Ada yang berperan seperti Gareng, Petruk, dan Bagong. Ada yang memuji, menyelidik, dan hati-hati ada yang menggoda dan sedikit mengece seperti yang saya lakukan.” Ungkapnya di akhir acara kala memberikan pesan dan kesan sebagai juri lomba ini.
Sebagaimana diketahui, Sutejo selama menjadi guru di sebuah sekolah swasta di Ponorogo tercatat 14 kali memenangkan lomba kepenulisan tingkat provinsi dan nasional. Bahkan, karena kegiatan lomba itu mengantarkannya ke Istana Negara dua kali, yakni kala Presiden BJ Habibie dan Ibu Megawati Soekarnoputri. Puluhan tahun yang lalu. “Menjadi bagian dari perubahan orang lain adalah kebahagiaan tersendiri. Khususnya, mampu mengubah diri sendiri menjadi tugas kesadaran literasi yang hakiki.” Ungkapnya kepada para peserta lomba kala hari sudah menapak siang.
“Pesan saya, lomba menulis opini itu yang terpenting adalah apakah gagasan Anda. Bagaimana argumentasinya, dan mengapa penting materi (masalah) yang Anda angkat itu. Jangan terlalu banyak mengutip pendapat orang, ahli, apalagi sumber-sumber yang samar-samar dari google. Buku tetap menjadi tempat kembali yang paling dahsyat!” Itu disampaikan ketika beberapa kali peserta ditanya buku apa yang dibaca sebagai referensi dalam menulis opini yang dilombakan, rata-rata mereka tidak mendampinginya dengan buku-buku relevan.
Sementara itu, Satria Dharma berpesan agar para peserta terus berlatih dan giat untuk menulis agar di kemudian waktu menjadi senjata kehidupan ampuh baginya. “Saya ucapkan selamat, dulu ketika SMP seusia Anda, belum bisa melakukan seperti kalian semua. Pertahankan, dan terus berlatih agar masa depan generasi ini terjadi kualitasnya. Bukan menjadi bangsa pengekor saja, tetapi menjadi perintis kehidupan. Salut saya, Anda diomeli oleh Pak Tejo, tetapi mental Anda luar biasa. Andai dulu menimpa saya, mungkin sudah terkencing-kencing.” Hadirin pun tergelak mendengar pujian dan pemberian motivasi dari Satria Dharma.
Sedikit berbeda dengan keduanya, Anjrah Lelono Broto, berpesan tentang bagaimana pentingnya menyembunyikan diri dalam tulisan maupun presentasi. “Jangan sampai telanjang, semua seakan-akan ingin kita sampaikan. Apalagi beranggapan bahwa pembaca atau pendengar kita belum mengetahuinya. Ini kecelakaan yang besar.” Pesannya sembari mewanti-wanti karena penulis hebat adalah mereka yang bisa mengatur irama dalam tulisan dan presentasinya, sehingga menjadi lagu yang memesona.
Lomba menulis opini tingkat SMP/MTs di Jawa Timur itu sendiri diikuti oleh 32 peserta dari berbagai daerah di Jawa Timur. Kali ini (3/11/2019) yang diundang sejumlah 10 finalis untuk mempertahankan di depan tim juri. Penampilan mereka beragam, unik, dan kadang berlebihan. Ada yang keluar dari substansi. “Ini harus diluruskan.” Pesan Sutejo, “Presentasi lomba adalah mempertanggungjawabkan karya sesungguhnya, yang sangat dipengaruhi oleh orisininalitas, kejernihan berbahasa, efektivitas dan efisiensi dalam berkomunikasi. Satu hal yang tak boleh dilupakan juga bagaimana etika dalam komunikasi. Yang penting: lomba menulis opini tidak saja melatih berpikir kritis tetapi juga untuk uji nyali peserta.”
Acara itu sendiri adalah bagian dari rangkaian kegiatan festival literasi sekolah di SMPN3 Peterongan Jombang, yang selanjutnya diumumkan pemenangnya di halaman sekolah, berbarengan dengan acara festival literasi. Sayang, Sutejo dan Anjrah Lelono Broto tak bisa mendampingi kegiatan pengumanan pemenang, sementara Satria Dharma tampak akan suntuk mendampingi acara yang dimulai pada pukul 13.00. [] Red/ Humas
2 Komentar pada Sutejo: Lomba Opini, Uji Nyali dan Mental