Sutejo Ngopi Literasi bersama Tirto Suwondo di Bandara Soetta
Alih-alih gelisah menunggu penerbangan ke Pangkal Pinang Kepulauan Bangka Belitung, Sutejo bersama Sapta Arif membunuhnya dengan ngopi di sisi luar Bandara Soekarno-Hatta. Sembari melepas penat pesan dua gelas kopi plastik dan dua biji roti tanggung seharga hampir Rp 100.000,-. Sambil menyalakan rokok kesayangan masing-masing, Sutejo melepas pandangan ke sisi kanan-kiri penumpang yang menunggu untuk membunuh waktu. Tiba-tiba melintas sesosok wajah yang tak asing memasuki resto makanan.
“Mas, itu Siapa?” Sapa Sutejo kepada Sapta Arif, Humas Kampus yang menemaninya ke Pangkal Pinang. Sapta mengamati sejenak ke dalam restoran, mendekat, dan menjabat tangannya dengan hangat. Dari luar resto, Sutejo mengamati Pak Tirto berdiri dan membawa tubuhnya melangkah ke luar. Buru-buru Sutejo pun berdiri, menghormati beliau dan sebelum dia sampai di pintu resto, ia sudah mendekatinya, “Masih ingat, Pak Tirto?” Dia menggangguk dan tersenyum akrab sekali.
Dia bersama seorang teman setengah baya, Drs. H. Firman Susilo, M.Hum., Kepala Kantor Bahasa Sumatera Selatan (Palembang).
***
Keduanya akan menghadari acara puncak Bulan Bahasa yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, pada tanggal 28 Oktober 2019 di Jakarta. Di sela itulah, Pak Tirto bercerita banyak tentang pengalamannya dalam gerakan literasi nasional (GLN) di Jawa Tengah. Lebih dari 20 progam kegiatan yang dilakukan bekerjasama dengan komunitas, para guru, dan pemerintah daerah.
Pak Tirto pun sempat menyinggung bagaimana tidak profesionalnya kelompok anak muda di Solo, yang mengatasnamakan Gerakan Menulis Buku Indonesia (GMBI). Sementara, Sutejo paham betul bagaimana kegiatan anak-anak muda dalam tiga tahun terakhir, termasuk mimpi besarnya ke depan. Sutejo pun berkilah, “Kelemahan mereka adalah mentalitas-moralitas yang rendah, dan ketidaktransparannya dalam berkegiatan.” Pak Tirto pun menggangguk, dan menyahutnya dengan sejumlah cerita selama bekerjasama dengan mereka.
Sambil menunggu penerbangaan, Sutejo terus berupaya menggali pemikiran Pak Tirto yang tidak saja menulis buku, berkomunitas, tetapi mahir mendampingi anak muda untuk berkarya. Bahkan di kantornya ada bengkel sastra. Dia pun memiliki web menarik: https://www.kajiansastra.com/2008. Semangatnya luar biasa dalam berkiprah di dunia bahasa dan sastra.
Jika berkenan kunjung di Web beliau, ditemukan biografi pendek yang menginspirasi. Beliau lahir di Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah, pada 1962. Pendidikan S-1 (FPBS IKIP M Yogyakarta, 1987), S-2 (Sastra UGM, 2000), S-3 (PBI UNS, 2015). Sejak 1982 bekerja sebagai staf Tata Usaha di Balai Bahasa dan pada 1988 diangkat sebagai tenaga peneliti. Pernah bekerja sebagai wartawan Majalah Detik (1988), Harian Media Indonesia (1989–1991), dan Majalah Wanita Kartini (1991–1993).
Sejak Januari hingga Juli 2017 menjabat Kepala Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta; dan sejak Agustus 2017 menjabat Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah.
Sejak masih kuliah (diawali saat mendirikan majalah kampus Citra) aktif menulis artikel, resensi, dan feature tentang sastra, budaya, dan pendidikan di Kedaulatan Rakyat, Bernas, Masa Kini, Minggu Pagi, Yogya Pos, Suara Merdeka, Wawasan, Bahari, Merdeka, Pikiran Rakyat, Republika, Solo Pos, Jawa Pos, Prioritas, Swadesi, Simponi, Media Indonesia, Suara Karya, Detik, Kebudayaan, dan Horison. Pernah menulis puisi dan cerpen, dimuat di Masa Kini, tetapi tidak diteruskan. Lima esai-sastranya telah dimuat di Pangsura (Jurnal Pengkajian Sastera Asia Tenggara) Brunei Darussalam.
Telah dua belas kali menjuarai lomba penulisan esai, kritik, dan naskah radio tingkat lokal dan nasional; terakhir masuk 10 besar sayembara kritik sastra tingkat nasional Dewan Kesenian Jakarta (2007). Selain menjadi dewan redaksi beberapa jurnal ilmiah kebahasaan dan kesastraan (Poetika, Bahastra, dan Widyaparwa), pernah pula aktif menjadi editor buku di beberapa penerbit di Yogyakarta. Pada 2015 menerima Hadiah Sastra Yasayo sebagai peneliti sastra. [] Red/ Humas