Naskah Pemenang Novel Basabasi Pernah Dibahas di STKIP PGRI Ponorogo
Naskah novel Kawi Matin di Negeri Anjing yang memenangkan Sayembara Novel Basabasi 2019 pernah dibahas Arafat Nur sendiri kepada sejumlah mahasiswanya di STKIP PGRI Ponorogo dalam mata pelajaran menulis sastra.
Perihal itu diungkapkan Arafat Nur yang juga dosen STKIP PGRI Ponorogo seusai pengumuman. “Bab pertama novel itu pernah saya bacakan di depan mahasiswa saya. Saya menceritakan proses lahirnya novel tersebut. Lalu kami membahas beberapa hal mengenai gaya cerita dan kekuatan cerita. Ternyata mereka mengaku sangat tertarik dan penasaran,” ungkap Arafat Nur.
Kawi Matin di Negeri Anjing adalah mengisahkan seorang pemuda bernama Kawi Matin yang terlahir dengan sebelah kaki cacat dan menjalani penderitaan hidup yang keras di tengah ketegangan perang dan pembantaian serdadu. Kawi yang hidup dalam keluarga melarat menerima semua takdir dan menjalaninya dengan polos dan tulus selaku pemuda desa yang tidak mengerti apa-apa.
Saat masih kanak-kanak, Kadir, abang Kawi tewas diseruduk induk lembu, ayahnya dipukuli tentara karena terlambat datang ke pos jaga karena penyakit bengek ibunya kumat parah. Saat dia remaja, ayahnya ditembak mati serdadu, adik perempuannya yang masih di bawah umur diperkosa oleh Kepala Kampung. Sejak sekolah dasar, Kawi yang tanpa ayah dan abang, terpaksa harus membiayai ibunya yang sakit-sakitan dan adik perempuannya yang masih kecil di tengah keganasan serdadu yang memukuli dan menembak penduduk.
Karena tidak sanggup dengan kekejaman serdadu, dia pun menjadi pemberontak. Namun, dia selalu kembali ke rumah, membiayai hidup ibu dan adiknya dengan bekerja sebagai pemanjat kelapa, selain sebagai gerilyawan. Kawi begitu cinta kepada ibu dan adiknya, melebihi cinta seorang anak pada umumnya. Ketika ibunya kumat dan harus dibawa ke rumah sakit, dia terpaksa mencuri lembu. Namun, sungguh malang nasibnya, karena dia ketahuan dan dipukuli orang-orang, ceritanya.
Novel ini Arafat Nur ceritakan dengan sangat menyentuh, penuh humor, konyol, padat pesan moral, penuh nilai kemanusiaan, dan dengan daya tarik yang menyihir. Novel itu menempati juara kedua dengan persaingan 1.700 naskah, sebagaimana yang diungkapkan salah seorang juri di akun media sosialnya. “Tentu saja novel ini sangat penting dibaca oleh semua orang,” jelasnya.
Arafat Nur adalah penulis penting Indonesia yang karya-karyanya banyak memenangi sayembara bergengsi dan meraih sejumlah penghargaan berkelas, di antaranya meraih Khatulistiwa Literary Award 2011, dua kali memenangkan Sayembara Dewan Kesenian Jakarta, memenangkan sayembara perdamaian Aceh. Dua novelnya, Lolong Anjing di Bulan dan Burung Terbang di Kelam Malam telah diterjemahkan ke bahasa Inggris.
Arafat Nur yang sekarang menjadi pengajar di STKIP PGRI Ponorogo ini mengungkapkan bahwa sejumlah kemenangan dan prestasi yang diraihnya itu adalah dari proses belajar dan kerja keras. Dia menulis di jalurnya dan memilih gaya tersendiri, yaitu novelnya lugas mudah dicerna dengan kualitas yang terjaga. Sehingga selain memenangkan sejumlah penghargaan, sejumlah novelnya juga laris di pasaran.
Di bulan ini juga, tiga novelnya cetak ulang di Penerbit Gramedia Pustaka Utama, yaitu Lampuki, Tempat Paling Sunyi, dan Tanah Surga Merah. Sejumlah novelnya itu mendapatkan sambutan hangat pembaca Indonesia, yang oleh pengamat dinilai sebagai bacaan cerdas, mendidik, dan berkualitas tinggi. Selain bahasa yang indah dan rapi, kisahnya pun amat memikat dan mengandung nilai pendidikan, serta menjadi bahan perenungan.
Selain novel, sejumlah cerita pendeknya juga memenangkan banyak penghargaan nasional dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, yaitu Lelaki Ladang. Buku cerpen terbarunya adalah Serdadu dari Neraka (Diva Press, 2019). Selain novel dan cerpen, Gramedia juga akan menerbitkan sebuah buku puisinya tahun mendatang, yang menjadi kejutan bagi pembaca dan penggemarnya.(Humas)