Menulis Dengan PITA
Sesuai dengan kalender akademik, Tahun Pelajaran 2017/2018 dimulai pada hari senin, 17 Juli 2017. Semua siswa kembali ke bangku sekolah masing-masing baik SD, SMP, SMA dan sederajat. Sekolah berperan penting dalam mencerdaskan dan mengembangkan kreativitas siswanya sedangkan guru mendongkrak semangat siswa. Sekolah mulai menata kembali aktivitas yang lama ditinggalkan karena liburpanjang. Begitu juga dengan guru sebagai pelaku seni sebab dalam pandangan saya guru harus selalu dituntut kreatif menciptakan suasana belajar yang menarik dalam setiap waktunya. Selalu dituntut memiliki jurus A sampai dengan Z sehingga siswa yang diajarpun merasa senang dan nyaman. Hal ini karena yang berada dihadapan guru adalah seorang manusia. Manusia makhluk yang sempurna dengan diberi akal dan perasaan, sehingga selalu ingin perubahan suasana dalam setiap detiknya.
Bagi seorang guru, kretifitas dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan oleh karena itu tidak ada salahnya jika guru mempersiapkan terlebih dahulu agar apa yang kita inginkan dalam kegiatan belajar mengajar tercapai. Guru mulai menata kembali untuk mempersiapkan segala sesuatunya sehingga siswa siap untuk menerima pelajaran. Guru dapat menumbuhkan semangat tersebut dengan budaya literasi. Literasi yang dimulai dari membaca hingga menulis. Dalam hal ini literasi dikembangkan oleh sekolah dan guru yang saling berkolaborasi.
Dorongan membaca dan menulis siswa dapat muncul dari inspirasi guru. Guru dapat mengembangkan metode pendidikan yang membuat siswa harus proaktif mencari literatur, tidak hanya internet, tetapi juga melalui buku-buku bacaan diperpustakaan. Ketika siswa kita ajak membacadanmenulis, mereka akan bertanya: apa yang harus kita bacadantulis?bagaimana caranya kita membaca dan menulis? Banyak sekali pertanyaan yang muncul ketika kita akan mengajak siswa membaca dan menulis dalam mempersiapkan kembali waktu belajar mereka yang telah lama ditinggalkan karena libur panjang.Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita sebagai guru harus aktif dan kreatif. Guru dapat mengajari siswa membaca dan menulis dengan rumus menulis PITA (dipaksa-bisa-terbiasa-luar biasa)
Pertama menulis dengan “dipaksa” berarti siswa kita ajak menulis dimanapun dan apapun yang dekat dengan siswa. Apapun yang dekat dengan siswa bisa digunakan sebagai bahan untuk menulis. Bukubacaan yang disekitarkitajugabisakitagunakanuntukbahanbacaan.Dari paksaan tadi siswa akhirnya akan “bisa”. Bisa membacaapasaja yang digunakansebagaireferensiuntukmenulis tentang apa saja. Setelah bisa siswa akan “terbiasa”. Terbiasa untuk membaca dan menulis. Membaca dan menulis apapun yang disukai dan menyenangkansertabermanfaat.Membaca dan menulis yang nantinya bisa diarahkan guru ke arah literasi sekolah. Dari dipaksa-bisa-terbiasa nantinya menjadi “luar biasa”. Luar biasa jika siswa kita sudah mampu menulissesuatu yang yang bisa bermanfaatdandibacaorang lain. Misalnya saja membuat artikel, cerpen yang bisa dikumpulkan dan menjadi karya kumpulan artikel dan kumpulan cerpen siswa.
Jika siswa kita menggunakan rumus menulis dengan PITA (Paksa-Bisa-Terbiasa-Luar biasa), lalu bagaimanakah dengan kita sebagai guru? Sudahkah kita sebagai guru menulis dan menghasilkan karya? Sudah seharusnya kita sebagai guru tidak hanya memberi motivasi dan memaksa siswasaja jika kita sendiri tidak melakukannya. Ibarat pribahasa “Tong Kosong Nyaring Bunyinya” Orang yang banyak bicara namun malas dalam bekerja” Pada kenyataannya, rumus Menulis PITA tidak hanya bisa diterapkan kepada siswa tapi juga bisa diterapkan oleh guru. Guru sebagai Inspirasi siswa, maka sudah selayaknya jika guru sebelum memaksa siswanya, maka guru itupun juga harus menulis. Hasil karya guru bisa menjadi dorongan siswa untuk menulis dan terus berkarya. Semoga dengan rumus menulis PITA literasi sekolah bisa berjalan lancar dan tidak hanya sekadar rutinitas. Saatnya mendorong gerakan literasi melahirkan karya otentik dari siswa dan guru. Harapan dari kompetensi literasiyang baik ini akan menghambat ancaman hoaks. Masyarakat pun jadi tidak gampang terprovokasi berita palsu. Masyarakat menjadi melek literasi.
Penulis: Tensilia Puspitasari, M.Pd (Staf Pengajar STKIP PGRI Ponorogo)
*Artikel terkait dipublikasi Jawa Pos Radar Ponorogo, Edisi Juli 2017.