Adip Arifin: Terpanggil untuk Mengabdi di Almamater
Lelaki beranak satu, yang kini mengabdi sebagai Waka I STKIP PGRI Ponorogo ini, memiliki hobi sebagai pendaki gunung. Sejumlah gunung yang telah ditaklukkan di antaranya adalah gunung Rinjani, Latimojong, Semeru, Arjuno, Welirang, Lawu, Wilis, Sindoro, Merapi, Merbabu, Sumbing, Slamet, dan Ungaran. “Kita bisa belajar manajemen perguruan tinggi dari pengalaman mendaki. Di atas gunung masih ada gunung tinggi lainnya. Seperti Sisipus, meskipun hinggap di puncak mereka harus menggelinding kembali ke bawah. Tantangan menaklukkan puncak gunung, menuntut dinamika jiwa, rasa dan raga yang tak sederhana.” Ucap mahasiswa S-3 Unes yang sedang mempersiapkan ujian.
Sebagai alumni dari kampus tercinta, alumni 2011 ini, memiliki kegemaran lain yakni membaca dan berdiskusi, di samping gemar menulis jurnal ilmiah. “Lima tahun terakhir sudah mempublish 21 artikel jurnal yang dimuat di berbagai jurnal, baik internasional maupun nasional. Kunci menulis itu hanyalah, ATM: Amati, Tirukan, dan Modifikasikan. Kebaruan di sisi apa, inilah yang wajib dipikirkan seorang penulis jurnal.” Pesan lelaki berambut putih yang sebenarnya masih berusia 36 tahun.
“Sebagai calon pemimpin, Adip telah memenuhi sejumah prasyarat. Ketenangan, kejernihan berpikir, mengikuti zaman, dan berpikir makro kelembagaan telah dimilikinya.” Ucap Sutejo, Ketua STKIP PGRI Ponorogo yang kini sedang mempersiapkan kepemimpinan anak muda. “Dia anak muda yang potensial sehingga butuh pengalaman untuk menajamkan visi dan misi pikirannya.”
Sebagai alumni yang gila mendaki, ternyata wawasan lekat kemahasiswaannya menarik untuk disimak. Dia pun kemudian berpesan, “Dukungan akademik dan kemahasiswaan yang kuat telah menempa saya menjadi pribadi yang menyukai tantangan dan kerja keras. Sisi humanis para dosen yang begitu kuat, masih melekat hingga kini. Kampus yang ramah mahasiswa dan bersahabat dalam kebersamaan. Tak biasa saya lupakan. Hal ini ternyata sangat saya rasakan ketika menjalani karir sebagai seorang pendidik kini. Bagi saya, STKIP PGRI Ponorogo adalah jembatan kehidupan, karir, cinta dan cita-cita saya.” Akunya sambil menebarkan senyum.
Untuk ini, bagaimana pesan Adip Arifin si kandidat doktor ini kepada para mahasiswa? Seseorang yang ingin berhasil, katanya, tinggal bagaimana bisa belajar pada pendahulunya yang sukses. “Bagi adik-adikku, yakinilah bahwa apa yang kau jalani saat ini adalah metamorphosis kehidupan yang akan indah dan berkah pada saatnya. Jalani dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan, dan biarkan langit memainkan perannya untuk memuliakanmu. Tirulah yang telah dilakukan seniormu, alumni sebelummu!” Kolega kerja Adip Arifin, Edy Supriyanto menilai bahwa kemampuan terbesarnya adalah ketenangannya. “Ketenangan itu barangkali separuh dari kesuksesan. Menghadapi apa pun kerumitan dan masalah, ketenangan adalah kunci mengatasinya. Dia memang seorang pendaki, jadi sejumlah tantangan dalam pengalaman pendakian barangkali telah menginspirasi kehidupan dan kerjanya.” Tukas Waka II bidang Pengelolaan SDM dan Keuangan ini. (Agus Setiawan/Sapta Arif; Humas).