Belajar Menulis Dan Mendongeng Untuk Anak
Ponorogo – Kegiatan Ngaji Nulis kampus literasi STKIP PGRI Ponorogo kembali digelar. Kali ini berfokus pada tulisan fiksi anak dan mendongeng. Pesertanya pun bukan hanya mahasiswa, namun juga diikuti oleh kelompok tenaga pendidik PAUD dan taman kanak-kanak (TK) di kecamatan Ponorogo.
Ketua IGTKI Kecamatan Ponorogo Nurul Chikmia menyampaikan bahwa gaya berlajar anak meliputi kinestetik, visual, dan auditori. Sehingga untuk menjadi pencerita ulung diantaranya keterbacaan kalimat tunggal sederhana, sesuai imajinasi dan bahasa anak. Temanya pun tentang kejadian sosial sekitar dan dinarasikan secara dramatis. Tokoh utamanya pun adalah anak, bukan orang dewasa.
“Mendongen atau bercerita selingi humor, gunakan alur maju, cocokkan dengan tema kurikulum, pilih teknik yang menggoda. Jangan menggurui, atur peristiwa demi peristiwa dengan bahasa singkat, cari dan beranilah mengangkat tema kekinian, bedakan dengan dongeng dan cerita dengan menyela,” ungkap Nurul.
Sementara itu, Sutejo salah satu pemateri mengungkapkan menulis cerita anak sejatinya lebih sulit dibanding cerita dewasa, seperti cerpen. Karena cerita anak paling utama memperhatikan pada tema, bahasa, dan imajinasi sesuai usia anak. Dan yang harus tidak dilupakan memberikan pesan moral kepada anak.
“Dalam pembuatan cerita, seseorang harus membayangkan masuk dalam dunia anak. Mengambil konflik-konflik yang ada diseputaran anak. Seperti bertengkar dengan teman, berbohong, mencintai alam, dan lainnya,” ungkap Kang Tejo sapaan Sutejo.
Sementara itu, salah satu peserta, Adibah mencoba mempraktikkan cerita. Cerita berjudul Bunga Matahari dan Bunga Mawar. Ceritanya ada dialog antara bunga mawar dan bunga matahari. Bunga matahari merasa tubuhnya lemas dan sakit karena pemilik bunga lupa tidak memberi makan (menyirami). Kemudian, kedua bunga berdoa kepada Tuhan untuk memberikan setetes air. Tidak lama hujan turun. Kedua bunga senang dan bersyukur. Pesan moral yang ada dalam cerita adalah sayang dan rawat tumbuhan. Sirami setiap hari karena tumbuhan juga makhluk hidup yang butuh asupan makanan.
Dalam kesempatan tersebut, Sutejo memberikan tips untuk peserta dengan N3. Yakni niteni, nerokne, dan nambahi. Mengamati cerita-cerita, kemudian memodeli untuk membuat cerita, dan diberi tambahan saat menceritakan. Ambil kejadian yang dekat dengan anak-anak.
“Kebiasaan-kebiasaan anak bisa dilibatkan dalam cerita, seperti bertanya, meniru, protes, ngambekan, menangis, usil,” pungkasnya.(red)* Sumber berita: www.indostory.id
Next