Cara Lupa Rasa Sakit Lewat Bermain dan Bercerita
Sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat, tim KKNT STKIP PGRI Ponorogo ikut berpartisipasi menjadi relawan dalam program imunisasi dan vaksinasi booster balita. Program tersebut dilakukan di Balai Desa Tegalrejo, Jumat (28/1/2022).
Dimulai pukul 08.30-10.30 WIB, program tersebut dipelopori oleh tenaga kesehatan Puskesmas Pulung dan bidan desa, dengan dibantu mahasiswa KKNT di desa Tegalrejo. Ana Wahyu, salah satu mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo merasa senang dapat membantu kegiatan imunisasi dan vaksinasi pada bayi dan balita. Pihaknya mengaku kali itu adalah pengalaman pertamanya. Serupa, juga dialami Indar Febriyanti mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris angkatan 2018.
“Jelas pengalaman itu kami dapatkan. Mulai dari keikutsertaan menenangkan anak yang menangis, bahkan anak yang mulanya tidak mau disuntik,” cerita Indar.
Kali itu, sasaran imunisasi dan vaksinasi kurang lebih 20 bayi dan balita. Mereka merupakan bayi dan balita yang tinggal menyebar di tiga dukuh di Desa Tegalrejo. Selain dua mahasiswa tersebut hadir Fita Lailaturrohman dan Tifani Dwi ikut andil dalam program memerangi virus ini. Mereka adalah mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Kedua mahasiswa itu mengungkapkan kerja sama imunisasi dan vaksinasi ini bermula dari ajakan salah seorang bidan di Desa Tegalrejo. Kerja sama itu pun membuahkan hasil kelancaran kegiatan. Adapun tujuan diselenggarakan imunisasi dan vaksinasi, tidak lain meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi. Fungsinya, melawan virus atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh balita.
Secara terpisah, Yuni salah satu orang tua mengungkapkan merasa terbantu adanya mahasiswa KKNT. Lantaran berkat hiburan dari mereka, anaknya yang kini berusia di bawah tiga tahun cepat dikendalikan.
“Namanya anak-anak, melihat jarum suntik pasti takut. Apalagi mengetahui teman-temannya menangis usai disuntik,” ungkanya, saat diwawancarai.
Keterlibatan mahasiswa KKNT kali itu sangat fungsional. Hal itu diungkapkan salah seorang tenaga kesehatan. Pasalnya, mengkondisikan anak-anak lebih sulit. “Kami mengajak mereka bermain atau bercerita. Rasa sakit itu hilang dengan sendirinya,” solusi Tifani menghibur anak-anak usai disuntik.
Pewarta/ Eva Nurlaila_Mahasiswa KKNT desa Tegalrejo, Pulung, Ponorogo
Editor/ Sri Wahyuni