Mencintai Seni Menemukan Jati Diri
Tidak ada hari libur dalam berKKNT. Itulah prinsip yang diusung oleh mahasiswa KKNT STKIP PGRI Ponorogo Desa Munggung. Peraturan yang disepakati bersama. Dengan tujuan semua program kerja dapat terlaksana dengan baik.
Sabtu 5 Februari 2022 waktu telah menunjukkan pukul 20.00 WIB. Bertempat di Dukuh Munggur, Desa Munggung, Kecamatan Pulung, Ponorogo. Bersama kelompok karawitan Sedyo Laras mahasiswa terlibat dalam latihan rutin.
Pada hakikatnya mahasiswa sudah terbiasa dengan alat gamelan dan karawitan. Khususnya mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Jawa. Sebab di kampus juga ada seperangkat gamelan yang biasa dimainkan. Selain itu, juga ada mata kuliah yang Nembang dan Karawitan. Sehingga dalam kegiatan ini mahasiswa mudah membaur dengan seniman Sedyo Laras.
“Kami sangat senang bisa berbaur dengan kelompok karawitan Sedyo Laras. Bapak ibu pengrawitnya sangat ramah menerima kami. Selain itu kami juga sudah kangen, karena lama tidak memainkan gamelan” ungkap Miya Aliful Lutfiana mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Jawa angkatan 2018 (05/02)
Dalam kesempatan yang sama mahasiswa juga berdiskusi dengan para pengrawit tentang makna dalam tembang macapat dan alat-alat gamelan. Menurut Muhadi ketua Sedyo Laras karawitan adalah kesenian yang adiluhung. ” Gamelan adalah simbol peradaban yang luar biasa. Gamelan ada sejak ratusan tahun yang lalu. Padahal untuk membuat gamelan diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus. Namanya ilmu Metaturgi. Sementara pada saat itu tidak banyak negara yang menguasai ilmu Metaturgi. Hanya Indonesia yang mampu menguasai ilmu tersebut. Maka sebenarnya peradabab negeri ini zaman dahulu begitu maju.”
“Tembang Macapat merupakan warisan para Wali yang dahulu digunakan untuk menyebarkan agama Islam. Di dalamnya kaya akan nilai-nilai luhur. Nilai tersebut apabila dijadikan pedoman hidup, akan menjadikan hidup seseorang damai sejahtera” tambah Slamet salah satu anggota Sedyo Laras.
Tidak heran apabila gamelan diakui UNESCO sebagai warisan dunia. Karena sejarah panjang gamelan tersebut. “Jangan sampai generasi muda melupakan kesenian adiluhung ini. Melupakan seni tradisi sama halnya melupakan jati diri” tambah Imam Mahfudin, kepala Desa Munggung yang juga terlibat dalam kegiatan malam ini.
Di sisi lain, Edy Suprayitno DPL KKNT Posko Desa Munggung ketika dihubungi menyinggung tentang rendahnya minat generasi muda milenial kepada kesenian adiluhung ini. ” Sangat disayangkan apabila generasi muda lebih menyukai musik-musik Barat dan K-Pop. Sementara kesenian warisan leluhur dilupakan. Seperti pohon yang tercabut dari akarnya. Maka jangan heran apabila generasi mendatang juga tidak jelas jati dirinya, apabila melupakan seni budaya warisan leluhurnya,” ujarnya.
Dosen yang 4 tahun berturut-turut mendapatkan Hibah Penelitan Kemdikbud dengan mengkaji lokalitas ini menambahkan mahasiswa harus peka budaya. Tidak saja cakap berfikir logis empiris, tapi juga mencintai seni budaya. “Kehadiran teman-teman mahasiswa KKNT dalam kegiatan karawitan ini, menjadikan saya senang. Sebab itu adalah tanda mereka mencintai seni tradisi leluhurnya. Artinya mereka tidak akan tercabut dari akar jati dirinya,” terangnya.
Pewarta/ Hera_ Mahasiswa KKNT desa Munggung
Editor/ Agus Setiawan_ Humas