Bekerja Dengan Hati Di Sekolah Inklusi
Sekolah Inklusi merupakan sekolah yang menggabungkan layanan pendidikan khusus dengan pendidikan reguler untuk mempertemukan kebutuhan individual anak berkebutuhan khusus. Berbekal ingin membantu umat, Kepala Sekolah TK Inklusi PAS Baitul Qur’an Ngabar, Ustadzah Barokatin Munziyati, S. Psi yang kerap disapa Bu Ninin berjuang agar bisa mendirikan sekolah inklusi di wilayah Ngabar, Ponorogo, Jawa Timur.
Tidak ada rencana khusus untuk mendirikan sebuah sekolah bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus (ABK). Namun, pada awal Bu Ninin pindah dari Malang ke Ponorogo, beliau melihat salah dua dari murid-murid Kelompok Bermain tempat anak pertamanya sekolah ternyata memiliki indikasi speech delay dan hyperactive. Dengan background psikologi yang dimilikinya, beliau dengan mudah mendeteksi bahwa keduanya perlu diberikan pendidikan khusus karena pendidik di Kelompok Bermain tersebut tidak menyadari indikasi tersebut. Bahkan kedua orang tua anak tersebut tidak mengetahuinya.
Keresahan beliau langsung disampaikan kepada kedua orang tua anak. Lalu, Bu Ninin mengajak kedua anak tersebut untuk belajar dan bermain di rumahnya. Hanya berbekal satu kardus, beliau membuat mainan edukatif yang merangsang perkembangan anak-anak tersebut. Hingga pada 1 Oktober 2010, sekolah ini berdiri dengan pendidik tunggal yaitu Bu Ninin sendiri. Dalam jangka waktu 3 bulan dua anak tersebut belajar, mereka sudah mampu bersosialisasi, mengetahui sebuah perintah, siap belajar dan mandiri terhadap kebutuhan, seperti mengetahui tanda jika ia lapar dan buang air. Hal inilah yang mendorong Bu Ninin untuk terus memperjuangkan sekolah ini berdiri. Beliau semangat untuk membantu masyarakat.
Lambat laun, anak-anak yang bermain menjadi bertambah hingga 10 anak di tahun 2012 dengan bimbingan 2 pendidik, 20 anak di tahun 2014 dibimbing oleh Bu Ninin dan 10 mujahid. Tanpa dibayar sepeserpun, para pendidik itu mengabdi dengan sepenuh hati. Hingga pada tahun 2015, sekolah pindah ke alamat Jalan Walisongo No. 94, Ngabar, Ponorogo dan pada tahun 2018 sekolah inklusi diberikan izin beroperasi dan diberi nama TK Inklusi PAS Baitul Qur’an.
Sampai saat ini, murid yang belajar dan bermain di TK Inklusi tidak lebih dari 40 anak dengan jenis kebutuhan yang berbeda-beda, mulai dari speech delay, down syndrom ringan, hyperactive, dan tahun 2021 tercatat anak dengan kondisi tuna rungu berjumlah lebih banyak. Untuk anak yang masih dalam masa belajar hal dasar, TK Inklusi memberikan pembelajaran khusus satu pendidik satu murid yang dilakukan dalam ruangan-ruangan khusus. Sedangkan murid yang sudah mampu mengikuti pembelajaran secara reguler, maka akan dilakukan pembelajaran secara kelompok dengan 6 anak 1 pendidik.
Kurikulum yang diterapkan oleh TK Inklusi menyesuaikan kurikulum nasional. Dengan beberapa modifikasi kurikulum dan disederhanakan, TK Inklusi berhasil meluluskan muridnya setahun sekali sesuai dengan keberhasilan perkembangan yang ditunjukkan. Apabila perkembangan sudah memenuhi kriteria yang sesuai dengan standar yang digunakan TK, maka anak dapat diluluskan dan lanjut ke jenjang berikutnya. Jika anak belum mampu menunjukkan perkembangannya, maka anak diberi kesempatan belajar kembali hingga usia maksimal 10 tahun.
Pendidik yang mendedikasikan tenaganya di TK Inklusi tidak serta merta semua memiliki bakground pendidikan yang selaras, banyak dari pendidik yang tidak ada basic psikologi atau PAUD. Namun, kualifikasi pendidikan apapun tidak menjadi masalah karena di sini yang ditekankan adalah belajar untuk bekerja menggunakan hati. Untuk mengukur sejauh mana keikhlasan pendidik saat mengajar, Bu Ninin memberikan masa training kepada pendidik yang baru. Salah satunya dengan memberikan kesempatan pada pendidik baru untuk terjun langsung mengahadapi anak-anak tanpa sebelumnya dibekali dengan ilmu parenting dan psikologi.
Yang selama ini ditanamkan oleh Bu Ninin pada para pendidik adalah siap berjuang dengan kami, siap belajar dengan telaten bersama kami, siapa yang mau belajar bersama kami. Semua tentang bagaimana pendidik akan bekerja tanpa dipaksa dan bagaimana pendidik bekerja dengan kesanggupan hatinya. Saat ini, jumlah pendidik ada 28 orang dan tenaga kependidikan berjumlah 3 orang.
Penulis: Lorient Meyse Hidayanah/ PG PAUD 2020