Para Penari Nyawiji Karsa Sulutkan Api malam Inagurasi STKIP PGRI Ponorogo
Ardonna Melandika menyulutkan api menggunakan tombak yang dibalut kain dengan dilumasi bahan bakar. Tumpukan kayu berbentuk kerucut terbakar, sorak semarai memenuhi lapangan STKIP PGRI Ponorogo, malam (16/9) kemarin.
Kesakralan malam inaugurasi Orientasi Studi Mahasiswa (OSMA) 2022 membuat merinding seluruh civitas academica STKIP PGRI Ponorogo. Dalam remang-remang lampu lapangan gerak Ardonna, alias Dona dan para penari perempuan menghipnotis. Tari Nyawiji Karsa berhasil dipersembahkan. Tarian tersebut dibawakan oleh mahasiswa yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Tari Merak Ukel STKIP PGRI Ponorogo. Keempat penari membawa gendewa bergerak lincah, semangat menyatukan misi menyulutkan api unggun. Keempat penari di antaranya Tri Rokhayati, Siti Noer Azizah, Tia Agustin, dan Widyawati.
“Ada filosofi besar dalam tari Nyawiji Karsa. Manusia hidup tidak luput dari bantuan orang lain. Keempat penari melambangkan kehidupan bersama untuk mewujudkan suatu impian atau harapan tertentu. Gendewa yang dibawa masing-masing penari adalah senjata, media menyalakan api. Kami memetaforakan gendewa adalah pegangan hidup, alat untuk bekerja yang mesti dirawat dan dijaga. Nyalanya api melambangkan kesuksesan yang berhasil terraih,” cerita Roofiu Waridzul Aziz, koreograf tari Nyawiji Karsa.
Aziz, mahasiswa Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo mengungkapkan, pemberian nama tari tersebut meminjam bahasa Kawi. Nyawiji berarti bersatu, karsa artinya keinginan atau harapan. Nyawiji Karsa dimaknai sebagai misi menyatukan harapan untuk meraih apa yang diinginkan. Untuk menyatukan harapan dibutuhkan kerja sama, perjuangan besar. “Di akhir penampilan terdapat adegan memutari api unggun. Gerakan itu bermakna kerja sama untuk mencapai kesuksesan atau kemenangan. Munculnya api, gambaran pencapaian besar dari kerja sama.”
Wildan Doni Madyaratri, panitia OSMA 2022 mengungkapkan tari Nyawiji Karsa adalah kolaborasi penyatuan ide gagasan Aziz dan Dona. Kedua mahasiswa pencinta seni ini menciptakan gerakan tari secara bersama-sama. Dalam wawancara dengan Tim Humas, Dona menceritakan hanya butuh waktu semalam merancang gerakan tari. Selama waktu kurang dari seminggu dirinya bersama penari perempuan berlatih. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jawa STKIP PGRI Ponorogo ini menuturkan bersama tim memanfaatkan kostum milik kampus.
“Mas Aziz merancang gerakan tari awal, saya memikirkan pengiring pembukanya. Kami juga dibantu Mas Danna pemain drum digrub Ferin band dalam gerakan tengah hingga akhir. Karena itu, kesuksesan tari Nyawiji Karsa adalah kerja sama tim. Para penggagas bersama menyatukan ide, kemudian pada saat pementasan juga bermaknakan kerja sama, bersatu menyatukan misi,” cerita Dona proses kreatif tari Nyawiji Karsa.
Adapun pesan dari tari Nyawiji Karsa, manusia tidak bisa hidup sendiri. Hidup perlu kerja sama. Filosofi hidup, manusia memiliki tetangga dengan saling merangkul menyelesaikan suatu masalah atau mewujudkan suatu harapan besar hidup. Dona, sebagai penggarap musik menuturkan membubuhkan aroma Jawa melalui musik gamelan dalam tarian berdurasi lima menit tersebut.
“Musiknya magis, gerak tariannya sederhana tetapi menyambung dengan makna di balik nama tarian,” Dona, tokoh penyulut api merasa lega telah menampilkan versi terbaik untuk kampus tercintanya.
Pewarta: Suci Ayu Latifah/Tim Humas