Sutejo Apresiasi Program One Teacher One Book
“One Teacher One Book”, begitulah yang dicanangkan Kepala Sekolah (KS) SMAN 1 Ngawi, Dr. Tjahjono Widijanto. KS yang sastrawan memang berbeda, seringkali lebih kreatif dibandingkan yang murni birokrat.
Sutejo sangat mengapresiasi akan program sang KS. Dia sangat antusias menjadi salah satu pemateri dalam workshop sehari bertema, “Menulis Kreatif dan Menulis Artikel Jurnal.” Sutejo, mengulik keinginan menulis peserta dengan menanyakan, apakah yang ingin ditulisnya. Realitas keinginan peserta bergeser dari tema, sebab dua peserta diantara 80 peserta yang ingin menulis artikel jurnal. “Jika bapak ibu hanya ingin menulis, akan menulis, tanpa imajinasi menulis sebagai kebutuhan, tentu energinya rendah. Tugas pertama, program di kepala, bahwa membaca dan menulis itu kebutuhan profesi Anda.”
Dengan menjadikan keduanya kebutuhan, mewujudkan program KS satu guru berkarya satu buku, itu hanya soal pengelolaan waktu. “Ide menulis itu yang terbanyak adalah pengalaman, pembacaan, permenungan, dan pemikiran antisipatif ke masa depan. Jika ini yang dilakukan, guru-guru ke depan dipastikan menjadi bagian terbesar dalam perubahan ke depan.” Begitulah Sutejo berpesan. “Karena menulis itu keterampilan, maka butuh pelatihan yang konsisten. Latih setiap hari, kemahiran akan datang dengan sendirinya. Ingat keterampilan yang lain macam memasak, berenang, berjalan, mengendarai motor atau mobil sekalipun. Butuh latihan, setelah itu kematangan mental akan mewarnainya.” lanjut penjelasan Sutejo secara asosiatif.
Hadir dalam workshop sehari, Kepala Cabdin Ngawi-Madiun, Supardi, MM., Yusri Fajar (Universitas Brawijaya), dan Dr. Tjahjono Widijanto sendiri sebagai KS, sekaligus merangkap pemateri. Supardi, menekankan pentingnya orisinalitas dalam menulis, sambil berkisah pengalaman dirinya sebagai penilik yang memenangkan LKT tingkat provinsi dan tingkat nasional dan menjadi pemenang pertama di tahun 2007
Sementara, sejumlah peserta antusias mengajukan sejumlah pertanyaan di antaranya adalah Rusdianto (SMAN 1 Ngawi), Ika (SMK Mejayan, Caruban), Bekti (SMAN 2 Madiun), Kurniawan (SMA Muhammadiyah Ngawi), dan Ika dari SMKN 1 Ngawi.
Situasi workshop tampak hidup, peserta bersemangat, karena ketiga pemateri mampu menghidupkan suasana. Ketiganya memiliki jam terbang di bidang kepenulisan yang tak bisa dipandang sebelah mata. Yusri Fajar tidak saja berkarya, tetapi juga pengalaman internasionalnya, menginspirasi peserta. Tjahjono Widijanto, bukan sekadar KS, tetapi motor inspirasi sekaligus mitra dan teman berkarya dan memajukan SMAN 1 Ngawi.
“Jika semua KS seperti Tjahjono Widijanto, dipastikan sekolah-sekolah di Indonesia akan jadi kawah Candradimuka, yang mampu melahirkan aktor-aktor kehidupan bangsa, generasi yang mampu berbuat bagi negerinya. Tentu, itu semua butuh dukungan semua pihak, sehingga konsistensi pengelolaannya di sekolah, merupakan kunci terbesarnya.” Pungkas Sutejo yang bulan lalu baru saja mendapatkan penghargaan bidang SDM dari Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa. [] Red/ Humas