Janji Pengabdian pada Literasi Negeri dan Tanggung Jawab Kemanusiaan
Kampus literasi – Siang itu (26/22) graha Saraswati dipadati oleh mahasiswa dari berbagai prodi di kampus yang terletak di Jalan Ukel no 39 Kertosari Babadan Ponorogo itu. Unit kegiatan mahasiswa Himpunan Mahasiswa Penulis (UKM HMP) tengah menyelenggarakan acara tilik proses kreatif buku Bulan Ziarah Kenangan sekaligus pelantikan pengurus yang baru.
Acara dibuka dengan penampilan menyanyi Hariadi Daru Wijaya mahasiswa PBSI 2022 membawakan lagu Rumah Singgah. Penampilan tersebut merupakan inisiatif dari panitia, berdasarkan usulan dari Daru sendiri. Dilanjutkan dengan sambutab-sambutan, satu diantaranya dari ketua panitia.
Ikhsanudin selaku ketua panitia meminjam kata aforisme dari Dr. Sutejo, M.Hum bahwa Menulis itu indah, berpikir itu merajut dzikir, dan berkarya itu melukis pesona. Kata aforisme itu menjadi pengingat untuk semua anggota HMP dalam menulis. Terlebih saat ini telah dikukuhkan menjadi anggota baru.
Sementara Dr. H. Sutejo, M.Hum dalam sambutannya memberikan wejangan kepada kepengurusan yang baru. Menurutnya, di HMP karya kepenulisan yang menonjol baru puisi, cerpen dan novel. Pihaknya berharap segala sesuatu yang baik yang telah diraih oleh kepengurusan sebelumnya harus dipertahankan. Lebih-lebih ditingkatkan akan memiliki nilai lebih. Selain itu, pihaknya meminta anggota HMP perlu adanya eksplorasi ke esai, artikel, dan tulisan-tulisan lainnya.
“Penulis itu umum dan mestinya bisa menjadi seorang jurnalis dan lainnya. Kata kuncinya adalah Menulis itu sebagai alat pengembangan diri kita,” ungkap dosen STKIP PGRI Ponorogo yang merangkap menjadi pembina UKM HMP itu.
“Menulis adalah suatu keterampilan yang membutuhkan latihan. Seorang penulis itu menyampaikan apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dihayati. Tugas seorang penulis sebelum menulis adalah merenungkan dan mengamati realitas, dengan banyak membaca dan berpikir. Dengan banyak membaca maka akan semakin timbul niat untuk menulis,” imbuhnya.
Ahmad Nur Ismail selaku ketua STKIP PGRI Ponorogo mengungkapkan harapan dan motivasi agar mahasiswa aktif dalam ber-UKM. “Mahasiswa yang aktif berorganisasi dalam sebuah UKM terutama UKM HMP di Kampus Literasi ini tentunya akan menghasilkan kualitas mahasiswa yang berbeda dengan mahasiswa yang hanya kuliah-pulang. Beruntunglah mahasiswa yang mengikuti UKM HMP yang didampingi dan diisi oleh para penulis hebat yang sudah menghasilkan karya-karya hebat pula,” ungkapnya.
Acara dilanjutkan dengan Tilik Proses Kreatif Buku Bulan Ziarah Kenangan oleh Sapta Arif Nur Wahyudin selaku penulis dan juga dosen STKIP PGRI Ponorogo. Dipandu Nosa Retno Palupi Utami mahasiswi PBSI 2022 selaku moderator. Dalam Tilik Proses Kreatif banyak poin penting yang dijadikan pedoman untuk memaksimalkan potensi menulis kita. Menulis menurut Sapta Arif dimulai dari imajinasi saja bisa membuat kita kehabisan bahan ide, untuk itu kita perlu menulis dari realitas di sekitar kita.
“Cara menulis yang terlalu fokus ke kerangka, di mana ketika baru awal menulis kita sudah membayangkan ending ceritanya. Hal itu bisa mengakibatkan pertengahan cerita akan rumpang, bahkan berantakan, “terangnya.
Menulis juga bersumber dari hasil bacaan dan mengamati realitas dari artikel, surat-surat, konflik psikologis, mitos-mitos, atau kita juga dapat menulis dengan cara seolah-olah kita sedang membalas cerpen atau karya tulisan orang lain. “Tidak ada satu pun penulis yang menulis dari pemikirannya sendiri. Penulis menulis berdasarkan pengalamannya, pengalaman bacaannya, pengalaman masa lalunya, dan pengalaman diskusinya,” ungkap laki-laki yang pernah memecahkan 2 Rekor Muri Bidang Literasi bersama GMB-Indonesia itu.
Selesai tilik proses kreatif, dilanjutkan dengan proses pelantikan. Para pengurus UKM Himpunan Mahasiswa Penulis masa bakti 2022/2023 bergantian berjajar di depan seluruh peserta. Selanjutnya mereka mengucapkan Janji Pelantikan bersama ketua STKIP PGRI Ponorogo Ahmad Nur Ismail, M.Pd.I. Dilanjutkan penyampaikan pesan dari pembina UKM HMP STKIP PGRI Ponorogo, Dr.H. Sutejo, M.Hum.
“Kebudayaan hanya akan hadir dan bisa berada dan berkeadaban karena literasi. Tanpa membaca, tanpa menulis, akan melahirkan kebodohan dan kebodohan. Syahadat hati seorang penulis adalah bersaksi bahwa menulis adalah tanggung jawab kemanusiaan, tanggung jawab penulis adalah tanggung jawab cinta kepada sesama,” tuturnya.
Pewarta: Nosa Retno Palupi Utami_Mahasiswi PBSI B 2022
Editor: Ikhsanudin dan Humas
Next