Sega Dwi Ayu Paradista: Pose Petik Bunga Berbuah Juara
Sega Dwi Ayu Paradista tidak menyangka namanya tertera sebagai pemenang kompetisi foto model.
Sega Dwi Ayu Paradista tidak menyangka namanya tertera sebagai pemenang kompetisi foto model.
Sejak muda, Galih Setyo Sasongko telah menggandrungi bahasa Inggris. Karena itulah, dia memilih bergabung dengan kampus literasi, STKIP PGRI Ponorogo, di mana Program Studi Pendidikan Bahasa Inggrisnya, tergolong tertua di Ponorogo dibandingkan PTS atau PTN lainnya. “Kampus ini adalah pilihan final. Dari lembaga inilah saya belajar banyak kepada mentor-mentor dosen yang luar biasa. Ini menambah kegilaan saya pada bidang bahasa Inggris.” Ucapnya dengan senyum menyakinkan.
Sebagai alumni STKIP PGRI Ponorogo jurusan Pendidikan Bahasa Inggris tahun 1989, Djoko Susilo banyak memiliki pengalaman berorganisasi. Naluri sosialnya begitu tinggi sehingga tak bisa lepas dari kegiatan sosial masyarakat. “Berorganisasi itu panggilan jiwa, profesi guru adalah panggilan dunia dan akherat.” Ucap alumni yang kini menjadi guru PNS (2007) di SMKN 1 Ponorogo ini.
Perjalanan seseorang itu sungguh tak dapat ditebak, Tuhan akan mengubah nasib seseorang jika dirinya sendiri berbuat mengubahnya. Supian, lelaki desa ini membuktikan bahwa perjuangan dan kebaktian kepada orang tua menjadi sayap langit yang mampu mengubah kehidupannya. “Supian lagi ke Pilipina, Pak.” Ucap Simboknya di pasar Tonatan beberapa tahun lalu kepada Sutejo. “Dia sering pulang kok, Pak.”
Sebagai dosen di Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Dr. Alip Sugianto jarang yang tahu jika dia adalah alumni kampus literasi STKIP PGRI Ponorogo. Kegilaannya pada dunia pustaka dan budaya, mengantarkannya pada sejumlah penelitian maupun jurnal ilmiah yang dipublikasikan secara nasional, beraroma budaya –khususnya budaya Ponorogo. Ketua STKIP PGRI Ponorogo, Sutejo sangat apresiatif terhadap kiprah anak muda Muhammadiyah ini. “Tokoh masa depan ormas Muhammadiyah ke depan. Intelektual dan religious, kelebihannya dia menggilai budaya.” Ucap penggiat literasi nasional itu.
Dia tak pernah membayangkan jika lulus dari STKIP PGRI Ponorogo setahun kemudian mengikuti tes CPNS, langsung diterima. “Kuliah ekonomis, dosen berkualitas, telah mengantarkan saya menjadi PNS di Kalimantan ini.” Akunya kepada humas via media sosial WhatsApp. “Sungguh tidaklah rugi, berkesempatan kuliah di kampus literasi, STKIP PGRI Ponorogo. Syukur tentu tidaklah dapat diukur, sebuah karunia yang banyak dirindukan oleh anak muda.” Tutur perempuan kelahiran 03 November 1994 ini.
Lelaki beranak satu, yang kini mengabdi sebagai Waka I STKIP PGRI Ponorogo ini, memiliki hobi sebagai pendaki gunung. Sejumlah gunung yang telah ditaklukkan di antaranya adalah gunung Rinjani, Latimojong, Semeru, Arjuno, Welirang, Lawu, Wilis, Sindoro, Merapi, Merbabu, Sumbing, Slamet, dan Ungaran.
Alumni yang satu ini, tampaknya memiliki cerita yang berbeda dari alumni inspiratif lainnya. Pada saat jadi mahasiswa sungguh, merupakan perjuangan yang tidak ringan karena ia harus menjadi anak kultural orang dan menjadi penjaga wartel. Sukses itu bermula dari impian, “Tidur saya bersama tape recorder, mendengarkan materi-materi listening terus begitu setiap hari. Berbicara bahasa Inggris setiap hari.” Ucap lelaki yang tercatat sebagai mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo angkatan 2000 yang kini bekerja di SMKN 1 Jenangan Ponorogo.
Lelaki akademik yang mencintai membaca dan debat di prodi Pendidikan Bahasa Inggris STKIP PGRI Ponorogo dan kini berkarier di LB LIA Mercu Buana Universitas Mercu Buana Jakarta; adalah alumni yang dapat diulik pengalaman hidup dan kariernya. “Saya mencintai bahasa Inggris, karena itu saya memilih kampus STKIP PGRI Ponorogo.” Ucapnya dengan semangat. “Saya aktif di EDC dan English Corner.” Kenang alumni 2015 dan tercatat sebagai angkatan 2011 yang kemudian lulus dengan cumlaude.
Lelaki sederhana ini tidaklah sesederhana penampilannya, ia diberi nama oleh kedua orang tuanya dengan Nyamiran. Darinya gagasan-gagasan kreatif di mana dia kini bekerja sungguh membuat decak kagum. “Saya tidak melihat kekurangan anak tetapi bagaimana harus bisa melihat potensi yang tersembunyi di balik penampilan beragam siswa.” Ungkap Ketua layanan kelas unggulan Bina Prestasi 2020 MAN 2 Ponorogo.