Jurug Bersatu Kenalkan Air Terjun Pletuk, Bersinergi Kembangkan Destinasi Wisata Lokal
Di desa ini tidak saja memiliki Air Terjun Pletuk, namun juga ada air terjun lain dan Bukit Mayong apabila dikembangkan dapat menjadi destinasi wisata baru
Di desa ini tidak saja memiliki Air Terjun Pletuk, namun juga ada air terjun lain dan Bukit Mayong apabila dikembangkan dapat menjadi destinasi wisata baru
Bondowoso (ANTARA) – Kaum santri diminta ikut memeriahkan ajang Anugerah Ronggowarsito oleh ulama muda Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo,…
PONOROGO | duta.co -Ketenaran Ronggowarsito atau Raden Ngabehi Rangga Warsito sebagai pujangga besar budaya Jawa yang hidup di Kasunanan Surakarta, ternyata…
Karanganyar – Penggerak program Sekolah Literasi Gratis STKIP PGRI Ponorogo bersilaturahmi ke rumah Yuditeha, Kepala Sekolah Kamar Kata. Dalam kunjungannya…
Bila guru-guru mampu menulis, maka murid-muridnya akan lebih tangguh dalam berpikir dan bangsa ini menjadi lebih memiliki daya saing.
Potensi wisata desa seringkali belum disadari sepenuhnya oleh masyarakat. Terbukti masih minimnya pengembangan yang dilakukan untuk menjadikan wisata yang menggairahkan.
“Kalau mau belajar menulis, carilah karya-karya yang berkualitas,”
Dalam beberapa kali diskusi dengan Arafat Nur, baik di rumah, di rumah buku Spectrum Center, di kampus, dan di Home Stay Kampus; aroma pesan membaca –tampaknya menjadi yang paling utama—di samping tip lainnya. Membaca, membaca, membaca, baru menulis. Bahkan, di Vlog-nya, dia bilang: membaca, membaca, membaca, membaca, membaca, membaca, membaca, membaca, membaca, membaca, baru menulis. Hehe.
Begitu mendengar Prof. Dr. Habibie (selanjutnya Pak Habibie), meninggal dunia, duka dan imajinasi saya berkeliaran. Doa hati kecil berkata, “Ya Allah, karuniailah surga, ampunkan dosa dan kekurangannya, serta berikanlah tempat terindah baginya.” Presiden ke-3 RI itu, pernah mengundang saya untuk mengikuti upacara Hari Guru Nasional dan Internasional di Istana Negara, 25 November 1998, Pukul 10.00 WIB. Karena pertimbangan keamanan, upacara dilakukan secara tertutup di dalam Istana. Maklum, kala itu, Jakarta didominasi demo –sisa-sisa demo Mei 1998–. Sesaat memasuki Istana, begitu sangat ketat pemeriksaan yang dilakukan.
“Kita harus bisa menjadi Elang yang terbang gagah di langit, bukan menjadi bebek yang jalan berbondong-bondong. Yang kita lakukan ini adalah perbuatan yang tidak dilakukan oleh kampus-kampus lain. Silakan cek, karya-karya dan prestasi mahasiswa dan alumni kita, ada yang juara nasional kepenulisan, debat, hingga macapat.” ujarnya.