Tingkatkan Motivasi Berkarya, STKIP PGRI Ponorogo Mengadakan Diskusi Literasi
Kampus Literasi STKIP PGRI Ponorogo akan mengadakan diskusi buku bersama Komunitas Kamar Kata.
Kampus Literasi STKIP PGRI Ponorogo akan mengadakan diskusi buku bersama Komunitas Kamar Kata.
Festival Literasi Sekolah di SMPN3 Peterongan (3/11/2019), salah satu kegiatannya adalah lomba tulis opini tingkat SMP/MTs Se-Jawa Timur. Hadir sebagai dewan Juri adalah Satria Dharma, pahlawan literasi dari Surabaya, Sutejo sebagai penggiat literasi dan penulis nasional asal Ponorogo, dan Anjrah Lelono Broto sebagai penggiat dan aktor literasi dari Mojokerto. Mereka menjadi pengadil yang menginspirasi, tidak saja bagi peserta tetapi juga memberikan pencerahan kepada para pembinanya.
Menjadi saksi pertemuan tiga pecinta literasi di SMN3 Peterongan Jombang adalah kemuliaan dan ketakdiran. Begitu turun dari mobil putih, di depan sekolah seorang lelaki taat beribadah dengan bekas hitam di dahinya, turun dengan bersemangat memasuki sekolah bu Faiq Rosidah. “Pak Satria Dharma, kemarin baru pulang dari silaturahmi bersama Pak Menteri Pendidikan yang baru. Dia baru pulang juga dari Balkan. Pak Tejo, kemarin juga baru pulang dari Kepulauan Bangka Belitung untuk kegiatan literasi di tiga kota.” Ucap Bu Faiq, penanggung jawab kegiatan festival literasi SMPN3 Peterongan, Jombang. “Kami bangga dihadiri para penggiat literasi yang menginspirasi.” Akunya dengan bergairah.
Sutejo, lelaki yang sudah menulis beragam tulisan dan dimuat lebih dari tiga puluh media massa nasional dan lokal itu tampil seperti biasa tak terduga. Usai mengenalkan diri, duka-duka kepenulisannya, dia mengingatkan dengan nada kejut bahwa begitu banyak penulis besar yang bermula dari jurnalis (wartawan). Bahkan, pendiri bangsa kita juga penulis dan seringkali sebagai jurnalis media.
Sutejo, tokoh literasi kota Reog sekaligus Ketua STKIP PGRI Ponorogo itu, diundang sebagai pembicara dalam talk show literasi di Bangka Tengah (30/10) Kepulauan Bangka Belitung, mendampingi dua pemateri lainnya. Ibu Pangesti, Ph.D., sebagai ketua SATGAS GLN dari Universitas Yogyakarta dan Yani Paryono dari Kantor Bahasa Kepulauan Bangka Belitung. Dihadiri pelajar dan mahasiswa ketiganya berbagi pengalaman berliterasi dalam ragam berbeda. Acara ini bertempat di di Eks Bandara Depati Amir Kecamatan Pangkalan Baru.
Jurnalis merupakan ujung tombak pembinaan Bahasa Indonesia di masyarakat. Untuk mendukung hal tersebut, Kantor Bahasa Kepulauan Bangka Belitung menyelenggarakan Pembinaan Media Massa di Bangka Belitung. Acara yang berlangsung selama empat hari ini bertempat di hotel Swiss Bel, Pangkalpinang.
Begitu turun dari mobil berpelat merah di depan aula pertemuan hotel Novilla kota Sungailiat, Yani Paryono langsung memperkenalkan Sutejo sebagai pelopor dan penggiat literasi yang menarik untuk diteladani kepada kawan-kawan panitia dari Kantor Bahasa Bangka Belitung. Berpakaian sederhana, berkaos garis-garis besar, dengan cenala kunir bosok sama sekali tidak menggambarkan keselarasan dalam berpenampilan.
Dalam beberapa kesempatan muncul beberapa pertanyaan berkaitan dengan literasi: (a) apa manfaat literasi –khususnya baca tulis, (b) literasi itu apa, (c) mengapa begitu semarak kegiatan literasi akhir-akhir ini, dan (d) apa yang dibutuhkan dalam menyukseskan literasi. Sementara, dalam kehidupan mutakhir terjadi beberapa kejadian di masyarakat yang seringkali disebabkan oleh tidak literatnya seseorang. Terakhir, kasus dua orang isteri TNI yang bermedia sosial –kemudian menyinggung institusi—sang suami harus menerima hukuman yang “mengejutkan”. Sebelumnya, sudah marak terjadi beberapa kasus pelanggaran UU IT sehingga menyeret pelakunya, tidak saja ke pengadilan tetapi juga penjara.
Sutejo, Ketua STKIP PGRI Ponorogo, berbagi motivasi menulis di Pelatihan Komunitas Literasi bagi Guru SD dan SMP di Kabupaten Bangka (29/10). Acara ini diselenggarakan oleh Kantor Bahasa Kepulauan Bangka Belitung. Bertempat di Hotel Novilla, acara pelatihan ini berlangsung selama dua hari (28-29 Oktober 2019).
Nelson Mandela, mantan Presiden Afrika Selatan pernah berpesan bahwa, “Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia.” Kesadaran seorang presiden, yang tidak mengenal tantangan dan tidak takut penjara! Dia, selalu menggelorakan pendidikan dari berbagai sisi kehidupan. Inspirasi Mandela kemudian abadi sepanjang kehidupan umat manusia.