Mengarang itu Gampang, Menulis itu Mudah
Mengarang itu gampang kata Arswenda Atmowiloto, penulis sekaligus budayawan yang tak asing di telinga kita. Apalagi kalau kita ingat film Keluarga Cemara dan novel Canthing. Dialah yang melahirkannya. Kenapa kok gampang? Karena menulis dapat dilakukan kapan saja, di mana saja, memakai bahasa apa saja. Dan jangan lupa apa saja dapat dijadikan bahan tulisan. Tidak butuh ini dan itu yang membelenggu. Yang penting, menulis ya langsung saja menulis. Sama halnya dengan rukun nikah itu lho, yang penting ada calon mempelai laki, mempelai perempuan, akat nikah, saksi, dan wali, tidak butuh mobil mewah, rumah megah, pengusaha sawah, dan ijazah.
Kapan sebaiknya melakukan kegiatan menulis? Kalau Anda punya waktu pagi silakan menulis waktu pagi, kalau Anda punya waktu sore menulislah waktu sore. Kalau Anda punya waktu malam menulislah waktu malam. Tidak ada yang mengharuskan menulis pada waktu malam, pagi, siang, atau sore. Bebas sajalah tentang waktu menuls. Kapan pun Anda dapat menulis. Belum oke? Mari Anda ikuti lanjutannya.
Pertanyaan yang sering muncul di mana tempat menulis yang enjoy? Di mana Anda dapat melakukan aktivitas menulis? Jangan khawatir (don’t worry). Menulis itu bebas kok! Di teras rumah Anda dapat menulis. Di ruang tamu Anda dapat menulis. Di kamar tidur Anda dapat menulis. Sambil masak di dapur, Anda dapat menulis. Apalagi, di sekolah, di terminal bis, di stasiun kereta, Anda dapat menulis. Di terminal Anda dapat menulis. Di mana saja Anda dapat melakukan kegiatan menulis. Kayak orang Jepang itu “loh”, membaca dapat dilakukan di mana saja, yang penting ada keinginan. Cobalah, jika tidak percaya!
Dan jangan bingung tentang bahasa yang dijadikan media menyampaikan gagasan. Kalau Anda mahir bahasa Jawa menulislah memakai bahasa Jawa. Kalau anda menguasai bahasa Indonesia menulislah dengan bahasa Indonesia. Kalau Anda bisa berbahasa Inggris coba belajarlah menulis dengan bahasa Inggris. Samapai kalau Anda mampu berbahasa dengan binatang kaya Nabi Soelaiman atau Angling Darmo menulislah pakai bahasa binatang. Tidak ada larangan kok menulis itu. Babagaimana? Belum juga kebelet menulis? Okelah lengkapi dengan info berikut.
Menulis itu seperti berdoa? Kata Hamid Jabar dalam puisi yang berjudul “Doa Seorang Musyafir”, berdoa itu yang paling penting adalah “Amin” yang berarti Tuhan mengabulkan. Dalam berdoa kepada Tuhan, tidak perlu terkotak-kotak oleh bangsa, suku, agama, baju, tempat, waktu, dan pembatas yang lain. Tuhan Maha Pemurah. Berdoa kapan saja boleh, dimana saja boleh, orang mana saja boleh, pakai baju apa saja oke. Sekali lagi, yang penting adalah Tuhan mengabulkan. Jadi berdoa dan menulis sama gampangnya. Yang penting adalah Tuhan mengamini. Gampangkan!
Apa yang ditulis? Sekali lagi menulis itu gampang. Tidak perlu mengerutkan kening, tidak usah bersuah-susah mencari ide, tidak perlu menunggu ilham, tidak juga menati wangsit. Apalagi menunggu bakat. Bahan tulisan ada di mana-mana. Bukankah Anda pernah mimpi? Tulislah mimpi Anda menjadi sebuah cerita yang menarik. Pernahkah Anda benci pada seseorang? Ayah misalnya, Ibu, pacar. Coba ungkapkan kebencian itu dalam sebuah tulisan. Bukankah Anda punya banyak teman yang lucu sampai yang “serem”? Tulislah tingkah laku teman itu menjadi sebuah anekdot atau cerita humor. Pernahkah Anda melihat tetangga yang ganjl –mempunyai kebiasaan menyendiri, suka berpakain seronok, ada yang pergi kerja pagi buta dan pulang kerja sudah malam gelap—itu semua adalah bahan tulisan yang menarik. Pernahkah Anda melihat orang setengah waras, melihat kesedihan pengemis, mengamati kehebatan jagoan silat, atau keculasan pemimpin? Jangan tunda-tunda itu semua merupakan bahan yang menarik untuk diceritakan pada orang lain.
Masih bingung? Merasa sulit? Ingat, manusia adalah homo ludens, yaitu makhluk yang bermain-main. Bermain-mainlah dengan kata agar dapat berkata. Pegang saja bolpoin Anda, tarik secarik kertas dan coretkan apa yang mau Anda coretkan. Dan alangkah indahnya jika Anda lakukan terus-menerus tanpa henti. Akan tetapi, jangan lupa kata Thomas Alva Edison “one percent inspiration, ninety nine percent perspiration”, yaitu “satu persen inspirasi dan sembilan puluh sembilan persen kerja keras”. Sehingga berpeganglah pada jargon “keringat mampu mengalahkan bakat”. Apakah Anda pingin menulis? Bimsalabim jadilah tulisan. Asyikkan….
Penulis: Dr. Kasnadi, M.Pd.
Dosen dan Ketua Tim Pengembang STKIP PGRI Ponorogo
Artikel ini pernah dimuat Jawa Pos Radar Ponorogo, September 2016